Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Sayap ISIS di Marawi Tewaskan 21 Orang

Kompas.com - 25/05/2017, 17:39 WIB

MARAWI, KOMPAS.com - Serangan milisi Maute, sayap ISIS di Asia Tenggara berbasis di Mindanao, Filipina selatan, kepada minoritas Kristen di Marawi, menewaskan 21 orang.

Para korban tu, kata seorang juru bicara militer, Kolonel Edgard Arevalo, terdiri dari 13 militan dan lima tentara.

Aparat lain menambahkan, seorang petugas keamanan dan dua polisi juga tewas, termasuk komandan polisi yang tewas karena dipenggal.

"Sedikitnya 21 orang tewas dalam pertempuran itu," kata beberapa pejabat, seperti dilaporkan Associated Press dari Mindanao, yang diteruskan The Guardian, Kamis (25/5/2017).

Polisi mengatakan, milisi sayap ISIS itu selain menculik seorang pastor Katolik, 10 jemaat, dan tiga stafnya, juga membakar satu gereja Protestan dan memenggal seorang komandan polisi dalam serangan ke Marawi dan Malabang.

Baca: Selain Bakar Gereja, Kelompok Militan Culik Pastor dari Kota Marawi

Ratusan militan yang melakukan penyerangan juga mengibarkan bendera ISIS. Kelompok ini mulai menyebarkan “tentara”-nya ke belahan lain dunia setelah melemah di Irak dan Suriah.

Ketika detail serangan di Marawi muncul, ketakutan menyebar di negara berpenduduk pemeluk Katolik Roma terbesar di Asia Tenggara itu karena terkesan sayap ISIS di bagian selatan menguat.

Kekerasan pertama kali terjadi pada Selasa ini setelah tentara menggerebek tempat persembunyian Isnilon Hapilon, mantan komandan militan Abu Sayyaf yang telah berbaiat kepada ISIS.

Dia termasuk dalam daftar teroris yang paling dicari oleh Washington dengan hadiah sebesar 5 juta dollar untuk informasi dapat mengarah kepada penangkapannya.

Baca: Situasi di Marawi Memburuk, Kemlu Imbau WNI Lebih Waspada

Militan meminta bala bantuan dan sekitar 100 orang bersenjata memasuki Marawi, kota berpenduduk 200.000 dengan mayoritas Muslim, kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana.

"Kami berada dalam keadaan darurat," kata Duterte pada hari Rabu (24/5/2017) setelah dia mempersingkat lawatan ke Rusia dan terbang kembali ke Manila, ibu kota Filipina.

Dia mengumumkan darurat militer selama 60 hari di Mindanao, pulau yang dihuni oleh 22 juta orang. Ia bersumpah untuk bertindak jauh lebih keras terhadap kelompok pengacau itu.

"Jika saya pikir kalian harus mati, kalian akan mati," katanya. "Jika kalian melawan kami, kalian akan mati. Jika ada pembangkangan secara terbuka, kalian akan mati," kata Duterte.

Duterte menjamin seluruh warganya untuk tidak membiarkan kejahatan terus merajalela dan warga yang taat hukum tak perlu takut.

Baca: Hadapi Militan di Kota Marawi, Tentara Filipina Pakai Helikopter Serbu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com