Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Nicolaus Copernicus Meninggal Dunia

Kompas.com - 24/05/2017, 19:00 WIB

Meski demikian, sistem heliosentris Copernicus terbukti jauh lebih rinci dan akurat dibandingkan teori Aristarchus, termasuk adanya formula untuk menghitung posisi planet-planet di Tata Surya.

Pada 1513, untuk mendukung minatnya dalam astronomi, Copernicus kemudian membangun observatorium pribadi.

Meski demikian, hasil pengamatannya masih menyisakan kesimpulan yang kurang akurat salah satunya adalah planet mengorbit matahari dalam lingkaran sempurna.

Nantinya, astronom Jerman Johannes Kepler membuktikan bahwa orbit planet sebenarnya berbentuk elips.

Sekitar 1514, Copernicus menyelasaikan tulisannya Commentariolus atau Komentar Kecil, sebuah manuskrip setebal 40 halaman yang merangkum teori heliosentris dan formula matematika untuk membuktikan teori itu.

Manuskrip ini memuat tujuh pemikiran penting Copernicus dalam memaparkan teorinya ini. Ketujuh hal itu adalah:

1. Planet tak berputar mengelilingi satu titik yang diam.

2. Bumi bukan pusat tata surya.

3. Matahari adalah pusat tata surya, dan benda-benda langit lain yang mengeliling matahari.

4. jarak antara matahari dan bumi terbilang pendek dibanding jarak antara bintang ke matahari dan bumi.

Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Lawrence of Arabia Meninggal Dunia

5. Bintang tak bergerak dan jika terlihat bergerak itu adalah pengaruh dari pergerakan bumi.

6. Bumi bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran di sekitar matahari.

7. Gerakan Bumi menyebabkan planet lain terlihat bergerak ke arah berlawanan.

Teori Copernicus ini mengguncang Gereja Katolik dan dianggap melanggar ajaran agama.

Saat buku kedua Copernicus De Revolutionibus orbium coelestium diterbitkan pada 1543, pemimpin religius Martin Luthter menyuarakan penentangannya terhadap teori heliosentris.

Pengikutnya, seorang pendeta Lutheran, Andreas Osiander mengikuti jejaknya dan menyebut Copernicus sebagai orang bodoh yang ingin memutarbalikkan ilmu astronomi.

Meski banyak ditentang, Copernicus mendedikasikan buku De Revolutionibus untuk Paus Paulus III. Jika hal ini dilakukannya agar Gereja Katolik menerima teorinya, maka upaya ini gagal.

Pada 1616, Gereja Katolik menyatakan De Revolitionibus sebagai buku terlarang, meski buku itu akhirnya dikeluarkan dari daftar buku yang tak boleh dibaca.

Pada May 1543, pakar matematika Georg Joachim Rheticus memberikan sebuah terbitan baru De Revolutionibus orbium ceolestium kepada Copernicus.

Copernicus yang sangat menderita akibat terserang stroke dikisahkan memeluk buku itu saat mengembuskan napas terakhir di atas ranjangnya di Frombork, Polandia pada 24 Mei 1543.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com