Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Berita Terpopuler, dari Gratifikasi Seks, Hukuman Rajam, dan Trump

Kompas.com - 19/05/2017, 06:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia (MSDHS) Thailand untuk terjun langsung mengatasi kebiasaan gratifikasi seks di kalangan pegawai negeri mengundang perhatian besar pembaca Kompas.com.

Hal lain yang tak kalah menariknya adalah kasus ekskusi rajam terhadap sepasang kekasih yang diketahui tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan perkawinan di Mali.

Berikut ini adalah tiga berita paling populer di rubrik Internasional Kompas.com, sepanjang Kamis (18/5/2017) hingga Jumat pagi (19/5/2017).

1. Gratifikasi Seks Pegawai Negeri Marak, Menteri Turun Tangan

Praktik gratifikasi seks di lingkungan pegawai negeri di Thailand marak terjadi.

Kondisi itu memaksa Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia (MSDHS) Thailand turun tangan.

Menteri MSDHS, Adul Sangsingkeo membangun kerja sama dengan timnya untuk menemukan cara menghentikan praktik tersebut di antara pegawai pemerintah.

Bagaimana langkah konkret dari tim itu untuk menghentikan praktik tersebut? Simak berita selengkapnya melalui tautan ini.

2. Tinggal Seatap Tak Menikah, Sepasang Kekasih Dirajam hingga Tewas

Pasangan yang belum menikah dilempari batu sampai mati di depan umum.

Peristiwa ini terjadi di wilayah timur laut Mali, oleh anggota kelompok radikal Islam di negeri itu.

Pejabat setempat mengatakan kepada AFP, Rabu (17/5/2017), insiden ini merupakan yang pertama sejak kelompok teroris tersebut itu keluar dari wilayah tersebut.

Kelompok radikal itu merebut kota-kota utama di Mali pada bulan Maret 2012. Namun, sejak tahun 2013 posisi mereka telah terusir.

Lantas, bagaimana mungkin mereka masih bisa berkuasa dan melakukan eksekusi rajam terhadap warga?

Ikuti berita selengkapnya melalui tautan ini.

3. Republiken Mulai Angkat Bicara soal Rencana Pemakzulan Trump

Kubu Partai Republik, Amerika Serikat, mulai angkat bicara tentang kemungkinan untuk memakzulkan Presiden Donald Trump.

Langkah kaum Rebupliken itu muncul setelah ada laporan bahwa Trump meminta James Comey, ketika masih menjabat Direktur FBI, untuk menghentikan penyelidikan atas kaitan mantan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Michael Flynn dengan Rusia.

Simak berita selengkapnya melalui tautan ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com