Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Phyo Min Thein, Kepala Menteri Yangon yang Menjadi Perhatian

Kompas.com - 15/05/2017, 17:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Sikap tegas U Phyo Min Thein

Pada 9 Mei, malam sebelum kedatangan saya di Yangon, seorang biksu nasionalis memimpin kelompok memasuki kota Mingalar Taung Nyunt yang didominasi Muslim untuk mencari warga Rohingya ilegal. Situasi dengan cepat memanas dan mencekam, hingga polisi pun melakukan tembakan peringatan.

Sewaktu saya tanyakan soal kekerasan itu, Kepala Menteri dengan tegas mengatakan, “Insiden itu dipicu oleh penghasut. Kami akan mengambil langkah hukum (melawan mereka). Aparat hukum sudah memulai tindakan hukum itu.”

Memang pada 12 Mei, polisi mengeluarkan beberapa surat perintah penangkapan para penyerang itu. Sebaliknya, penjelasan Kepala Menteri soal pembakaran di Rakhine sejalan dengan Daw Suu Kyi, dan itu sangat mengecewakan.

Namun, U Phyo Min Thein berbicara dengan empati yang lebih dalam dan ini bertolak belakang dengan sikap Daw Suu Kyi yang terkesan angkuh dalam kasus ini.

Dia mengawali argumennya dengan mempertahankan keanekaragaman Myanmar yang banyak terancam. “Myanmar memiliki kebebasan beragama, di sini ada masjid Bengali, gereja, dan kuil Hindu dekat Pagoda Sule (di pusat kota Yangon),” tuturnya.

“(Konflik) Rakhine bukan soal agama,” ujarnya lebih lanjut, “Orang Rohingya tidak termasuk di antara 135 kelompok etnis yang diakui di Myanmar. Ada warga Kamein yang didominasi Muslim. Ini membuktikan bahwa masalah di Rakhine bukan soal agama, tapi etnis semata,” katanya. 

Seolah membaca keraguan saya, dia pun melanjutkan paparannya, “Kami sedang mencoba membangun sebuah negara di mana semua agama setara. Ini adalah bagian dari demokrasi, hak asasi manusia, dan kedewasaan bernegara dan berbangsa.”

Dapat dipahami bahwa U Phyo Min Thein begitu bersemangat membicarakan ambisinya membangun Yangon, yang terbebani oleh 4,1% tingkat pengangguran dan 40% tingkat kemiskinan.

“Visi kami untuk Yangon adalah melestarikan warisan budayanya, menjadikannya sebagai kota hijau, dan pusat kekuatan ekonomi di mana investor ingin datang dan tinggal,” kata Thein.

“Salah satu tantangan yang dihadapi para investor ini adalah tingginya harga perumahan, dan kami tengah mencoba sebaik mungkin untuk mengendalikannya. Untuk meningkatkan kemudahan berinvestasi, kami sedang membangun proyek industri dan perumahan baru,” lanjut Thein. 

Terlepas dari adanya kritik bahwa NLD tidak memiliki teknorat maupun profesional dengan pengalaman praktis di bidang bisnis, U Phyo Min Thein membanggakan pendekatannya yang sederhana dalam memecahkan masalah.

“Investasi asing akan menciptakan transfer teknologi dan kesempatan kerja…Jika kita bisa menciptakan lapangan kerja di Yangon maka kita dapat menghadapi masalah tuna wisma,” tuturnya.

“Kami menyambut investor dari negara manapun termasuk dari tetangga kami di ASEAN. Tidak mungkinlah kami membangun negara ini sendiri,” lanjut Thein.

Dan ketika saya menyinggung soal inisiatif China “One Belt, Obe Road”, dengan tegas dia mengatakan, “Myanmar akan ambil bagian dalam OBOR dan berharap dapat membantu memperbaiki sistem transportasi kami, tapi ini harus saling menguntungkan.”

Saat saya bertanya apakah U Phyo Min Thein dipersiapkan untuk menggantikan Daw Suu Kyi, dia mengabaikan pertanyaan itu.

“Saya tidak berpikir akan menjadi penerus dia. Saya hanya ingin membantu memecahkan masalah negara. Saya telah ditunjuk untuk Yangon dan saya bekerja keras untuk menyelesaikan masalah yang ada. Hanya itu,” dia menjawab.

Dok Karim Raslan The Yangon Bus Service (YBS) mendapatkan kritikan tajam sejak peluncurannya pada Januari 2017.
Dengan perbedaan usia mereka yang terpaut jauh (Daw Suu Kyi berusia 71), masuk akal jika kita berasumsi, Kepala Menteri yang berpengaruh ini menjadi bagian dalam rencana masa depan NLD.

Meski kenyataannya jika kita bertemu langsung dengannya, U Phyo Min Thein terlihat lebih suka “bersembunyi” di balik perabotan kantornya.

Dia pasti menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan hampir lebih dari setengah juta tuna wisma, Yangon dengan jalanannya yang kotor, masih terasa ada pergolakan dan ketidaksabilan.

Di saat yang sama, mereka yang menentang Daw Suu Kyi dan NLD telah berakar dalam struktur pemerintahan kota, terlebih di antara elit bisnis.

Namun jika dalam empat tahun ke depan (pemilihan parlemen akan dilaksanakan pada 2020), U Phyo Min Thein dapat mengendalikan kepentingan para pribadi, menyelesaikan masalah transportasi umum, menarik investor asing, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menekan pelanggaran hukum, maka tidak menutup kemungkinan dia dan NLD akan meraih kemenangan besar.

Banyak kesuksesan NLD di masa depan bersandar pada pundak lelaki kurus yang masih dalam masa pemulihan pasca operasi jantung di penghujung usia 40-nya. U Phyo Min Thein adalah Ketua Menteri yang bersahaja yang menjadi bagian penting dari lintasan politik Myanmar. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com