Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Akan Persenjatai Kurdi untuk Perangi ISIS, Turki Meradang

Kompas.com - 10/05/2017, 15:20 WIB

ISTANBUL, KOMPAS.com - Pemerintah Turki, Rabu (10/5/2017), menyebut rencana Amerika Serikat mempersenjatai pejuang Kurdi untuk memerangi ISIS di Suriah "tak dapat diterima".

"Pemberian senjata untuk YPG (Unit Pelindung Rakyat) tak bisa diterima. Kebijakan seperti itu tak akan menguntungkan siapa-siapa," kata wakil perdana menteri Nurettin  Canikli kepada stasiun televisi A Haber.

Sebelumnya, pemeritah Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk mempersenjatai pasukan Kurdi yang memerangi ISIS di Suriah.

Persenjataan itu akan dikirim menjelang operasi militer untuk merebut kembali kota Raqqa, basis besar terakhir ISIS di Suriah.

"Presiden Trump pada Senin telah menyetujui departemen pertahanan untuk mempersenjatai elemen Kurdi dari Tentara Demokratik Suriah (SDF) untuk memastikan kemenangan atas ISIS di Raqqa," ujar juru bicara Pentagon Dana White, Selasa (9/5/2017).

Baca: Pemimpin Partai Pro-Kurdi Dituntut Penjara Selama 142 Tahun

"SDF, dengan dukungan AS dan pasukan koalisi, adalah satu-satunya kekuatan di lapangan yang bisa merebut Raqqa dalam waktu dekat," tambah Dana.

Persenjataan yang akan dikirimkan itu termasuk senapan serbu ringan, amunisi, senapan mesin, kendaraan lapis baja, dan buldozer.

Elemen Kurdi yang dimaksud Pentagon adalah YPG yang sudah menjadi salah satu faksi penting dalam perang melawan ISIS di Suriah.

Namun, di mata pemerintah Turki YPK yang memiliki kaitan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) adalah kelompok separatis yang telah memberontak sejak 1984 dan menewaskan sedikitnya 40.000 orang.

Bulan lalu, jet-jet tempur Turki menyerang posisi YPG di Suriah dan Irak yang disebut Turki sebagai tempat perlindungan teroris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com