Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kandidat Harus Bangun Koalisi agar Bisa Menang Pilpres Perancis

Kompas.com - 24/04/2017, 08:49 WIB

PARIS, KOMPAS.com - Pemilihan Persiden (Pilpres) Perancis dianggap unik karena untuk pertama kali diikuti oleh lima kandidat presiden yang relatif sama kuat, tidak didominasi oleh dua kandidat seperti biasanya selama ini.

"Setelah putaran pertama biasanya sudah jelas hanya tinggal dua calon saja yang dominan sehingga mereka tidak harus mencari aliansi atau dukungan dari partai lain atau kubu yang dikalahkan," jelas Francois Raillon, peneliti senior di Pusat Penelitian Nasional Perancis (CNRS), seperti dilaporkan BBC, Senin (24/4/2017).

"Jadi ini memang unik dalam sejarah pemilihan presiden Perancis sejak didirikannya Republik Kelima (Perancis) oleh Jenderal (Charles) de Gaulle pada tahun 1958," katanya.

Baca juga: Pilpres Perancis Ricuh setelah Macron dan Le Pen Unggul

Berdasarkan perkiraan sementara pemungutan suara putaran pertama, Minggu (23/4/2017), selisih perolehan suara keempat calon dari lima calon yang ikut pemilihan memang tidak berbeda banyak.

Sementara menurut The Guardian, hasil penghitungan sementara pada Minggu malam atau Senin (24/4/2017) pagi WIB menunjukkan Emmanuel Macron meraih 23,75 persen suara dan Marine Le Pen mendapat 21,55 persen.

Sedangkan Francois Fillon meraih 19,89 persen, Jean-Luc Mélenchon mendapat 19,64, persen dan persen, dan Benoit Hamon jauh di belakang dengan perolehan suara 6,34 persen.

Dari hasil sementara menunjukkan, Macron dari Partai En Marche beraliran politik kanan tengah dan Le Pen dari Partai Barisan Nasional beraliran politik ekstrem kanan, akan bertarung di putaran kedua pada 7 Mei nanti.

Media Inggris lainnya, Daily Mirror, melaporkan bahwa ratusan pemrotes anti-rasis menggelar aksi protes terhadap perolehan suara yang dipimpin Macron dan Le Pen.

Keduanya membutuhkan dukungan kubu Fillon dari Partai Republik yang beraliran kanan tengah dan Mélenchon yang merupakan calon Partai La France Insoumise yang beraliran kiri serta Hamon dari Partai Sosialis.

Baca juga: Ratusan Ribu Ekspatriat Perancis Berikan Suara dalam Pilpres

Dukungan kepada Macron juga disampaikan Fillon, yang kampanyenya diwarnai dugaan skandal korupsi karena memberi pekerjaan kepada istrinya, dengan mengatakan Barisan Nasional Marien Le Pen hanya akan membawa 'ketidakberuntungan'.

Le Pen merupakan pemimpin yang antiimigran dan berjanji akan membawa Perancis ke luar dari Uni Eropa.

Dengan lolosnya Macron dan Le Pen ke putaran kedua, maka terhentilah tradisi pemilihan presiden yang biasanya didominasi oleh calon Partai Sosialis dan Partai Republik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com