Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metrini Simatupang Tampilkan Kain Batak di Ajang "New York Fashion Week"

Kompas.com - 09/04/2017, 13:37 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Diiringi lagu pergaulan di Batak, “Sik sik sibatumanikam”, 20 model berjalan di catwalk dengan busana bergaya modern yang dirancang dari kain ulos dan batik.

“Semua perancang desainer kalau ditanya, New York itu impian jadi nyata. Kemudian model-modelnya juga kooperatif," kata Metrini Simatupang.

Ya, ajang New York Fashion Week mendapatkan sentuhan Indonesia berkat label “Batax” karya desainer Indonesia, Metrini Simatupang.

"Artinya mereka bukan hanya membawakan baju, tetapi saya juga memperkenalkan budaya Indonesia. Saya memberitahu mereka batik itu asalnya dari mana, ulos itu dari mana,” ujar Metrini lagi.

Katherine Calumna, salah satu model yang berjalan di peragaan busana “Batax,” juga punya kesan tersendiri atas busana karya Metrini.

“Saya senang baju ini, dan bahkan saya tidak sadar kalau ada belahan di sini. Baju ini glamor dan produk rumahan,” kata Katherine.

Sebelum dipamerkan di New York Fashion Week, baju rancangan Metrini menjadi pemenang dalam ajang Miss Grand International di Las Vegas.

Walaupun tidak memiliki pendidikan formal di bidang fashion, sejak kecil Metrini sudah terpesona oleh dunia jahit menjahit karena ibunya selalu membuatkan baju untuknya.

Darah Batak Metrini juga menjadi ilham dan ciri khas karya busananya.

“Batak itu identitas aku, aku ini dari suku Batak, originally dari Sumatra Utara. Jadi, dengan menggunakan nama Batak, saya berbicara tentang diri saya sendiri, tidak bicara tentang orang lain," tegas dia.

"Jadi itu autentik, di pasar AS menjadi signifikan dan ciri khas yang membedakan saya dengan produk dan desainer lain,” ujar dia lagi.

Metrini hijrah ke AS pada tahun 2009. Setelah mengikuti sejumlah kursus fashion, ia memutuskan untuk memilih karir sebagai desainer.

Ia memibidik segmen pembeli yang memang berpotensi membeli baju rancangannya.

“Untuk penutup, tema saya ‘Meet the Millennials’ yang identik dengan orang-orang yang mempunyai wawasan lebih dari generasi sebelumnya," kata dia.

"Artinya mereka lebih suka untuk mengetahui budaya lain,” imbuh Metrini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com