HARARE, KOMPAS.com - Para pegawai negeri di Zimbabwe, termasuk ribuan guru, melakukan aksi unjuk rasa, Senin (6/3/2017), menuntut bonus yang belum dibayarkan negara.
Pada Minggu (5/3/2017), para dokter membatalkan rencana mogok kerja setelah pemerintah sepakat meningkatkan tunjangan dan menciptakan 250 lapangan kerja baru.
Keputusan itu diambil di hari yang sama ketika Presiden Robert Mugabe kembali dari Singapura untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
"Posisi kami saat ini adalah kami tetap berangkat ke tempat kerja tetapi tidak bekerja," kata Raymond Majongwe, anggota Persatuan Guru Progresif Zimbabwe.
Sementara itu, menurut pengamatan Reuters, seruan untuk mogok kerja ini nampaknya kurang mendapatkan tanggapan.
Di kantor catatan sipil di ibu kota Harare, petugas tetap menerbitkan paspor dan akta kelahiran seperti biasa.
Sedangkan para guru tetap mengajar terutama di sekolah-sekolah yang terletak di pusat kota Harare.
Menteri pelayanan publik Prisca Mupfumira mengatakan, pada akhir pekan para pengawas pemerintah akan datang ke berbagai kantor untuk memeriksa para pegawai.
Sementara itu, Dewan Apex, serikat pekerja para pegawai negeri, dijadwalkan bertemu dengan perwakilan pemerintah pada tengah hari waktu setempat.
Sejak 2016, Zimbabwe kesulitan membayar gaji para pegawainya karena kekurangan dana. Sebelumnya, tawaran mengganti bonus dengan tanah ditolak serikat pekerja.