Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Prajurit ISIS Asal Eropa yang Enggan Bertempur

Kompas.com - 08/02/2017, 15:07 WIB

BAGHDAD, KOMPAS.com — Seorang anggota ISIS asal Belgia menyodorkan surat dokter yang menyatakan dia mengalami gangguan di punggung sehingga tak bisa bertempur.

Seorang lainnya asal Perancis ingin meninggalkan Irak dan melakukan serangan di kampung halaman. Beberapa lainnya ingin dipindahkan ke Suriah dan sisanya menolak untuk turun bertempur.

Itulah beberapa masalah dari 14 masalah yang dialami batalyon Tariq bin Ziyad yang sebagian besar anggotanya berasal dari Eropa.

Dokumen yang memuat masalah ini ditemukan pasukan Irak yang merebut sebuah basis ISIS di sebuah kawasan permukiman di kota Mosul bulan lalu.

Pada masa jayanya, ISIS mampu merekrut ribuan anggota baru setiap bulan sehingga mampu mengendalikan sepertiga wilayah Irak.

Para orang asing yang datang dari berbagai negara itu kerap digambarkan sebagai anggota ISIS yang paling berani mati.

Namun, pada saat ISIS makin melemah dan kini terkepung di sisi barat Mosul, nyali para pejuang asing itu ikut menyusut.

"Dia tak mau bertempur dan ingin kembali ke Perancis," demikian catatan dokumen tentang seorang warga Perancis keturunan Aljazair berusia 24 tahun.

"Dia mengklaim ingin melakukan aksi bunuh diri di Perancis. Dia mengaku sakit, tetapi tak menunjukkan surat dokter," tambah catatan itu.

Pria ini adalah satu dari lima anggota ISIS yang di dalam dokumen itu disebut sebagai warga negara Perancis.

Sejak 2011, Perancis menjadi negara Eropa penyumbang anggota ISIS terbanyak, sejak upaya menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad berubah menjadi perang saudara.

Tahun lalu, Pemerintah Perancis mengatakan jumlah warganya yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan ISIS menurun.

Namun, setidaknya masih terdapat 700 orang warga Perancis di kedua negara itu, termasuk 275 perempuan dan 17 anak-anak.

Dokumen yang ditemukan pasukan Irak itu mencatat tanggal-tanggal secara spesifik waktu para pemuda itu bergabung dengan ISIS.

Dokumen tersebut juga mencantumkan nama, negara asal, negara tempat tinggal, tanggal lahir, golongan darah, dan kemampuan mengoperasikan senjata.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com