WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump yang memicu kekacauan dan unjuk rasa di berbagai tempat di Amerika Serikat ternyata meresahkan Barack Obama.
Untuk pertama kali setelah lengser dari jabatannya, Presiden ke-44 AS itu akhirnya mengomentari kebijakan kontroversial penerusnya itu.
"Presiden Obama tergerak hatinya dengan situasi yang terjadi di berbagai tempat di negeri ini," ujar juru bicara Obama, Kevin Lewis.
"Warga negara menjalankan hak konstitusional mereka untuk berserikat, berkumpul, dan menyuarakan pendapat agar didengar pejabat terpilih," kata Lewis.
"Inilah yang akan kita alami pada saat nilai-nilai negara ini dipertaruhkan," ujar Lewis.
Komentar Obama ini tampaknya akan menambah rasa terkucil Gedung Putih. Selama 48 jam terakhir, Presiden Trump terus mencoba membela diri dari kecaman terkait kebijakan yang dikeluarkannya.
"Sepanjang hari kemarin berjalan dengan baik dalam hal keamanan negara," demikian kata Trump saat bertemu dengan para pengusaha kecil, Senin (30/1/2017).
Dalam berbagai komentarnya lewat akun Twitter-nya atau di Gedung Putih, Trump berusaha mengabaikan dampak negatif dari kebijakan yang dibuatnya.
Dia juga bersikukuh membela kebijakannya yang tak memberikan peringatan sebelumnya kepada penjaga perbatasan, diplomat, dan pelancong.
"Hanya 109 orang dari 325.000 ditahan dan ditanyai. Masalah besar di berbagai bandara disebabkan gangguan sistem komputer Maskapai Delta," ujar Trump.
Pada Jumat pekan lalu, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menunda para pengungsi dan warga dari tujuh negara masuk ke wilayah AS.
Ketujuh negara yang menjadi "korban" aturan ini adalah negara-negara berpenduduk mayoritas Islam, yaitu Irak, Iran, Yaman, Suriah, Libya, Somalia, dan Sudan.
Kebijakan ini langsung mendapat perlawanan dari masyarakat yang menggelar unjuk rasa dan para pengacara yang berencana menggugat kebijakan ini.
Selain itu, perlawanan datang dari dunia usaha. Starbucks menegaskan segera mempekerjakan 10.000 orang pengungsi di seluruh dunia dalam lima tahun mendatang.
Sementara itu, Google menyediakan uang 4 juta dollar AS untuk membantu para stafnya yang terdampak kebijakan kontroversial itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.