Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bisa Belajar dari Lompatan Uni Eropa

Kompas.com - 29/11/2016, 17:30 WIB

BRUSSELS, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais mengatakan Uni Eropa adalah sebuah organisasi dengan lompatan paling luar biasa di dunia. Dan negara-negara Asia Tenggara bisa banyak belajar dari Uni Eropa.

"Sebab negara-negara anggota Uni Eropa rela menyerahkan sebagian kedaulatannya termasuk legislasi di tahap supranasional," ujar Hanafi usai pertemuan dengan anggota parlemen Eropa, di Brussels, Belgia, Selasa (29/11/2016).

Dalam tahap ini, lanjut Hanafi, komisi dan parlemen Eropa memiliki peranan kunci dalam hal sinkronisasi kebijakan di level nasional.

"Indonesia yang memiliki peran penting dan strategis di Asia Tenggara bisa mendapat banyak pelajaran dari Uni Eropa meski regionalisasi kedua kawasan ini berada dalam tahap yang berbeda," tambah politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Salah satu pelajaran yang bisa diambil Indonesia, menurut Hanafi adalah kemampuan komisi dan parlemen Eropa memahami persoalan di masing-masing negara dan kemudian membahas masalah-masalah itu secara bersama-sama sebagai bangsa Eropa.

"Indonesia dalam konteks ini bisa memperbaiki kualitas dan krativitas untuk memberikan kontribusi kepada Asean," lanjut dia.

Apakah negara-negara Asia Tenggara di masa depan akan menjadi sebuah entitas semacam Uni Eropa?

Saat ini, lanjut Hanafi, negara-negara Asia Tenggara sudah saling terintegrasi dan telah menjadi satu masyarakat bersama dalam hal ekonomi.

"Namun, lompatannya memang belum sejauh Uni Eropa. Setidaknya kerja sama antar-parlemen untuk menyikapi masalah-masalah regional masih cukup relevan," ujar Hanafi.

"Bagaimana Asean menyikapi masalah Laut China Selatan, kasus Rohingya yang jadi kepedulian negara-negara Asia Tenggara, semua ini perlu sikap secara regional," lanjut dia.

Selama ini, sikap-sikap politik untuk menghadapi masalah-masalah regional baru dilakukan masing-masing pemerintah.

"Namun, parlemen sifatnya lebih fleksibel dan bisa lintas batas. Jadi mengapa ini tidak diinisiasi? Seperti halnya parlemen Eropa yang sudah mampu melakukan sinkronisasi di level nasional?" paparnya.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com