Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Edarkan Narkoba, Seorang Wali Kota di Filipina Tewas Ditembak Polisi

Kompas.com - 28/10/2016, 13:48 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Seorang wali kota di Filipina yang secara terbuka dituding sebagai bandar narkoba oleh Presiden Rodrigo Duterte, tewas ditembak, Jumat (28/10/2016), bersama sembilan anak buahnya.

Kurang lebih sebulan setelah berkuasa, Duterte mengumumkan nama 150 pejabat yang diduga terlibat dalam peredaran narkotika.

Salah satunya adalah Samsudin Dimaukom, wali kota Datu Saudi Ampatuan di provinsi Maguindanao, wilayah selatan negeri itu.

Samsudin sebenarnya telah menyerahkan diri kepada polisi dan membantah dirinya terlibat dalam peredaran narkoba.

Di hadapan media, Samsudin mengatakan, dia dan jajarannya juga ikut memerangi peredaran narkoba serta mendukung kebijakan Duterte membasmi para pengedar.

Namun, pada Jumat dini hari, Samsudin dan sembilan orang lainnya tewas saat mereka diberondong tembakan dari tiga buah mobil di sebuah pos pemeriksaan polisi di kota Makilala, provinsi Cotabato Utara.

"Itu adalah sebuah operasi anti-narkoba yang digelar kepolisian tetapi korban melepaskan tembakan terlebih dahulu kepada petugas," kata seorang pejabat kepolisian setempat, Superintenden Romeo Galgo Jr.

Polisi mengatakan, menerima informasi bahwa komplotan pimpinan Samsudin akan mengirimkan metamfetamin alias sabu-sabu dalam jumlah besar dari Davao ke kota Datu Saudi Ampatuan.

Sejak Duterte berkuasa 30 Juni lalu, sedikitnya 3.600 orang yang diduga terkait peredaran narkoba tewas, lebih dari separuh dibunuh orang-orang tak dikenal.

Meski mengundang protes dari dunia internasional, Duterte tak menyurutkan kebijakan kontroversialnya itu.

Bahkan sepulangnya dari kunjungan kerja ke Jepang, Duterte kembali memperingatkan bahwa masih ada ribuan pengedar narkoba yang akan dibunuhnya.

"Saya katakan akan berlipat tiga kali lipat. Jika kalian tak menuruti perintah saya, maka sekitar 20.000 sampai 30.000 orang akan tewas," ancam Duterte.

"Perang berkecamuk di luar sana. Saya kehilangan dua atau tiga polisi setiap hari. Ini perang, bukan genosida," Duterte menegaskan.

"Kami tak menembak orang yang sudah berlutut minta ampun. Kami tak mengumpulkan anak-anak dan pemuda lalu kami tembaki. Tidak seperti itu," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com