Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak dari 410 Pencari Suaka di Nauru Terdorong untuk Bunuh Diri

Kompas.com - 17/10/2016, 19:08 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com – Banyak di antara 410 pencari suaka di Nauru, pulau kecil di Pasifik terdorong melakukan upaya bunuh diri agar terbebas dari kondisi mirip penjara yang dialami di pusat detensi yang dikelola Australia itu.

Kelompok pegiat hak asasi manusia Amnesty International (AI) mengungkapkan masalah tersebut pada Senin (17/10/2016), sebagaimana dilaporkan Reuters.

Di bawah kebijakan imigrasi Australia yang begitu keras, pencari suaka, yang dicegat saat mencoba memasuki negara itu dengan kapal, dikirim ke penampungan di Nauru atau Pulau Manus di Papua Niugini dan tidak layak dimukimkan di Australia.

"Saya bertemu dengan anak-anak berumur sembilan tahun, yang sudah mencoba mengakhiri hidupnya," kata Anna Keistat dari AI, kelompok pegiat internasional, yang mengunjungi Nauru.

"Orangtua mereka bicara soal menyembunyikan segala sesuatu, benda tajam, pil, dan tidak mengizinkan mereka keluar rumah, karena mereka khawatir anak-anak akan bunuh diri," kata Keistat, yang sempat berdiam enam hari di Nauru, Agustus lalu.

AI mengatakan, 58 tahanan, atau 15 persen dari total tahanan di Nauru yang diajak bicara untuk laporannya, sudah mencoba melakukan upaya bunuh diri atau berpikir untuk melukai diri sendiri.

Seorang juru bicara Menteri Imigrasi Australia tidak memberikan jawabannya ketika ditanyai soal laporan itu.

Banyak dari 410 pria, wanita dan anak-anak yang ditahan di Nauru hingga 31 Agustus menurut data Australia, dipastikan sebagai pengungsi dan berada di tahanan itu selama beberapa tahun.

Sekalipun telah memperoleh status pengungsi, mereka masih ditahan dengan akomodasi buruk dengan sedikit akses untuk perawatan kesehatan, kata AI.
Menurut AI, anak-anak yang merupakan sepersepuluh dari jumlah tahanan amat menderita.

news.com.au Negeri Pasifik kecil, Nauru, menjadi salah satu tujuan penampungan sementara para pencari suaka ke Australia.
AI bergabung dengan kelompok pegiat HAM lainnya yang mengkritik kebijakan imigrasi Australia.

Laporan AI itu muncul hanya beberapa pekan setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Nauru gagal melindungi anak-anak.

Kecaman internasioanl terhadap Australia muncul setelah lebih dari 2.000 insiden, termasuk pelecehan seksual, serangan, dan upaya melukai diri, dilaporkan dalam tempo dua tahun di pusat dtensi Australia di Nauru. 

Lebih dari separuhnya melibatkan anak-anak, kata The Guardian.

Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull mengatakan, Australia berusaha mengatur penempatan kembali para pencari suaka.

Namun, karena Australia tidak bisa meyakinkan pihak ketiga untuk menampung mereka, masa depan para tahanan itu masih jadi pertanyaan.

Setelah Mahkamah Agung PNG pada April memerintahkan penutupan, pusat tahanan Australia di Papua Nugini menghadapi tekanan lebih besar.

Sekitar 823 pria, yang ditahan di Pulau Manus, diberi kebebasan terbatas namun masih ditahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com