Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sovereign Hill, Mesin Waktu menuju Demam Emas di Australia

Kompas.com - 04/09/2016, 15:12 WIB
Caroline Damanik

Penulis

BALLARAT, KOMPAS.com – Trem mini yang bisa memuat sekitar 30 orang sudah terisi penuh. Seluruh pintu kecil berpengait ditutup. Seorang pria bertopi ala koboi dan mengenakan jaket mengatakan, kereta akan berangkat sebentar lagi.

Di depan kereta, ada sebuah lorong gelap semacam gua sebesar ukuran trem tersebut. Sejenak kemudian, trem mulai bergerak turun menelusuri rel. Awalnya cahaya masih terang.

Makin ke bawah, cahaya mulai redup dan gelap seketika menyergap para penumpang kala trem terus melaju turun ke gua bawah tanah. Ada yang terpekik dan takjub karena dalam gelap tak ada satu pun yang terlihat, bahkan tangan sendiri. Ada pula yang menahan nafas sampai kereta tiba di stasiun bawah tanah.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Seorang staf memberikan pengarahan sebelum pengunjung berangkat dengan trem ke bekas tambang emas bawah tanah di Sovereign Hill di Ballarat, Victoria, Australia.
Stasiun bawah tanah itu diterangi cahaya kuning keemasan dari lampu dalam wadah berbentuk lentera yang terpasang di dinding bebatuan.

“Selamat datang di bekas tambang emas Sovereign Hill. Saat ini, Anda berada di kedalaman sekitar 50 meter,” kata seorang pemandu wisata gold mine tour di Sovereign Hill, Ballarat, Victoria, Australia.

Dia lalu mengatakan bahwa lokasi bawah tanah ini adalah tambang emas yang beroperasi sekitar tahun 1850-an. Jalur kereta dahulu ada untuk membawa bongkahan batu mengandung emas ke permukaan.

Pengunjung lalu dituntun menuju pintu masuk gua tambang emas di dekat lokomotif kereta lori. Pemandangan di kiri dan kanan hanyalah dinding batu yang dilapisi sejumlah kayu sebagai penahan.

Udara dingin nan lembab menyergap berpadu dengan cahaya remang-remang. Suasana seperti ini, lanjut si pemandu, telah menjadi bagian kehidupan para penambang saat demam emas terjadi di Victoria kala itu. Para penambang itu bekerja di tambang bawah tanah ini sekitar 10 jam per hari.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Bongkahan emas pada dinding batu di bekas tambang emas bawah tanah di Sovereign Hill di Ballarat, Victoria, Australia.
Pengunjung diajak berjalan dan mampir ke beberapa titik yang menunjukkan aktivitas penambang emas pada masa dahulu, mulai dari lokasi utama penambangan emas, tempat istirahat dan dapur, serta lift sederhana. Patung-patung penambang dibuat di satu titik untuk menggambarkan aktivitas mereka saat bekerja.

Sang pemandu lalu menunjukkan salah satu dinding batu yang berkilauan ketika disorot dengan lampu senter. Bongkahan emas di dinding batu itu, lanjutnya, sengaja ditinggalkan agar para pengunjung memiliki gambaran saat penambang mendapatkan emas. Eureka!

Di titik terakhir, ada semacam ruangan yang lebih luas yang dibuat menjadi semacam teater mini. Ada tempat duduk berundak-undak  yang menghadap ke lokasi penambangan dengan kolom-kolom dari kayu.

“Ada yang tahu apa fungsi dari kayu-kayu itu?” tanya sang pemandu.

Dua bocah bergantian angkat tangan dan menjawab. Si pemandu mengucapkan terima kasih lalu menjelaskan manfaat kayu-kayu tersebut  tanpa membenarkan atau menyalahkan jawaban kedua anak tadi.

“Kayu-kayu ini berfungsi menjadi penopang agar tidak mudah terjadi longsor saat mereka menggali,” tuturnya.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Lokasi tur bekas tambang emas di Sovereign Hill di Ballarat, Victoria, Australia.
Dia juga menjelaskan bahwa para penambang kala itu kerap menikmati makan siang di bawah tanah di tempat itu. Menu yang biasa disantap adalah roti gandum berisi daging atau kacang dengan lapisan luar yang tebal. Di bawah tanah, lanjutnya, tidak ada air untuk mencuci tangan sehingga ketika makan, para penambang biasanya hanya makan bagian dalam dari roti lalu membuang bagian luarnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com