Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lelucon Donald Trump Dianggap sebagai Ancaman Pembunuhan untuk Hillary Clinton

Kompas.com - 10/08/2016, 11:57 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump diduga menyarankan pembunuhan terhadap Hillary Clinton untuk mencegah pengendalian kepemilikan senjata api lebih ketat.

Hal ini disampaikan Trump saat berpidato dalam kampanye di Wilmington, Carolina Utara, Selasa (9/8/2016) waktu setempat.

Dalam pidatonya itu, Trump mengklaim, Hillary akan menghapuskan Amandemen Kedua Konstitusi AS, yang memungkinan warga berhak memiliki senjata api.

Trump mengatakan, jika Hillary memiliki wewenang untuk memilih hakim Mahkamah Agung AS untuk menggantikan Anton Scalia yang meninggal dunia Februari lalu maka aturan lebih ketat terkait kepemilikan senjata api akan terwujud.

"Hillary ingin menghapuskan amandemen kedua. Sehingga, jika dia memilih sendiri hakim-hakimnya, tak ada hal lain yang bisa kalian lakukan," kata Trump.

Usai kampanye ini, tim sukses Donald Trump langsung merilis pernyataan resmi bahwa kalimat yang dilontarkan Trump adalah sekadar lelucon terkait upaya Hillary membatasi hak warga memiliki senjata api.

Pernyataan Trump dalam kampanye ini langsung mendapat "sambutan" dari manajer kampanye Hillary Clinton, Robby Mook.

"Sederhana saja, apa yang dikatakan Trump ini sangat berbahaya. Seseorang yang ingin menjadi presiden AS seharusnya tak menyarankan kekerasan dalam bentuk apapun," ujar Mook.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com