Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Kelaparan Hebat, Ibu-ibu Sudan Selatan Tak Bisa Lagi Menyusui Anaknya

Kompas.com - 08/08/2016, 07:15 WIB

JUBA, KOMPAS.com –  Konflik bersenjata skala domestik di Sudan Selatan membawa malapetaka ganda, yakni kelaparan yang menyebabkan kaum ibu tidak bisa lagi menyusui anak-anaknya.

Kelompok bantuan, seperti dilaporkan The Washington Post, Minggu (7/8/2016), mengalami kesulitan untuk menjangkau daerah konflik.

Beberapa minggu setelah pertempuran mematikan pecah di Sudan Selatan, kelompok bantuan mengatakan gerakan mereka dibatasi.

Kekerasan dan ketatnya pos pemeriksaan pemerintah menyebabkan aktivitas kemanusiaan terhambat untuk menjangkau warga yang kelaparan. 

Hal itu merugikan kemampuan para pegiat sosial dan juga warga lokal untuk menjangkau dan mendapatkan makanan dan obat-obatan untuk anak-anak gizi buruk.

"Kami sedang mengalami krisis pangan yang sangat serius," kata Koordinator Bantuan Darurat PBB Stephen O’Brien dalam sebuah wawancara.

"Dan ada banyak keadaan yang menggemparkan bahwa kondisi hanya akan bertambah buruk," ujar O’Brien.

Selama pertempuran yang intensif Juli lalu, pasukan pemerintah Sudan Selatan menjarah gudang pangan PBB. Bahan makanan untuk 220.000 orang dikuras habis.

Kelaparan hebat mendera daerah konflik. Anak-anak menderita gizi buruk akut. Kaum ibu tidak bisa lagi menyusui anak-anak mereka karena tidak mendapat makanan.

Kelompok-kelompok kemanusiaan melaporkan bahwa di bagian negara akses mereka dibatasi oleh pos-pos pemeriksaan pemerintah atau pertempuran berlanjut.

Di luar kota Wau, misalnya, pekerja bantuan belum mampu menjangkau penduduk sipil karena kekerasan senjata antara pasukan pemerintah dan faksi bekas pemberontak.

PBB memperkirakan, sebanyak 4,8 juta warga Sudan Selatan menghadapi kekurangan pangan yang parah.  

Sejauh ini kelompok bantuan hanya mampu menyiakan sedikit  makanan bagi 2,8 juta jiwa.

"Kebutuhan paling pokok, termasuk perawatan kesehatan, akses terhadap air minum yang aman dan tempat tinggal, sangat tinggi," kata Ashley McLaughlin, juru bicara untuk Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Sudan Selatan.

Lebih dari 160.000 orang tinggal di enam kamp pengungsian yang dikelola PBB di seluruh negeri, banyak dari mereka di lokasi terpencil dengan akses terbatas ke pasokan.

O'Brien mengatakan, selama perjalanan ke Sudan Selatan pekan lalu, ia bertemu dengan ibu-ibu yang tidak dapat lagi menyusui bayinya karena mereka sendiri tidak mendapatkan cukup makanan.

"Ini kondisi yang benar-benar sangat putus asa," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com