Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Juga Menekan Pakistan soal Sekolah Terkait Gulen

Kompas.com - 02/08/2016, 20:24 WIB

ISLAMABAD, KOMPAS.com – Pemerintah Pakistan, Selasa (2/8/2016), berjanji akan menyelidiki jaringan sekolah yang diduga terkait dengan Fethullah Gulen, ulama Turki yang  kini menetap di Pennsylvania,  Amerika Serikat.

Janji Pakistan itu disampaikan kepada Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu yang tengah berkunjung untuk menyelidiki jaringan sekolah yang terkait dengan Gulen itu.

Kantor berita Reuters melaporkan, Ankara telah menunding Gulen sebagai dalang upaya kudeta yang gagal, 15 Juli lalu.

Meski ada tekanan dari Turki, Islamabad tidak serta merta sepakat dengan tudingan Ankara soal sekolah yang diduga terkait  Gulen di Pakistan.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Pakistan, Sartaj Aziz. tidak menyetujui untuk menutup Sekolah Internasional PakTurk, yang mendidik 10.000 siswa.

Azis juga menyangkal setiap keterkaitan sekolah itu dengan Gulen, ulama Turki yang dibenci Erdogan itu.

Permintaan Turki itu adalah bagian dari kampanye internasional oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan terhadap kepentingan Gulen dan gerakan keagamaannya.

Erdogan dan otoritas Turki menyalahkan ulama itu dan para pengikutnya mendalangi kudeta militer yang gagal bulan lalu, di mana lebih dari 290 orang tewas.

Gulen, yang tinggal di pengasingan di Pennsylvania, mengajarkan Islam Sunni bersama-sama dengan pesan dialog antaragama.

Ulama kharismatik Turki itu menyangkal keterlibatannya dalam kudeta yang gagal itu.

Sejak itu, 18.000 orang telah ditahan, ditangguhkan dari pekerjaan atau ditempatkan di bawah penyelidikan.

Islamabad telah bersumpah untuk membersihkan tentara, polisi dan peradilan dari elemen yang dituding mendukung Gulen.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan "kelompok teroris" Gulen harus dihapuskan.

"Ini bukan rahasia bahwa organisasi ini memiliki lembaga atau ada di Pakistan dan di banyak negara lain," katanya.

"Saya yakin langkah yang diperlukan akan diambil. Kita harus sangat berhati-hati dengan organisasi ini dan mereka menyebabkan risiko dan ancaman bagi keamanan dan stabilitas setiap negara yang mereka menjadi tuan rumah," ujarnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com