Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Tembakkan 3 Misil Balistik ke Laut Jepang

Kompas.com - 19/07/2016, 08:37 WIB

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Utara menggelar uji coba tiga misil balistik, Selasa (19/7/2016), hanya berselang sepekan setelah mengancam akan merespon keputusan AS menempatkan sistem persenjataan anti-rudal di Korea Selatan.

Ketiga misil itu ditembakkan dari kota Hwangju di wilayah barat Korea Utara dan terbang sejauh 500-600 kilometer ke arah Laut Jepang. Demikian disampaikan kepala staf gabungan angkatan bersenjata Korea Selatan dalam sebuah jumpa pers.

Jangkauan misil yang diyakini adalah SCUD itu bisa menjangkau wilayah manapun di Korea Selatan sehingga langkah Korea Utara ini dipantau dengan sangat ketat.

Pekan lalu, Korea Utara mengancam akan melakukan "tindakan fisik" setelah Washington dan Seoul mengumumkan rencana untuk menggelar sistem pertahanan anti-rudal canggih demi mengantisipasi ancaman Korea Utara.

Sistem pertahanan yang dikenal dengan nama Terminal High Altitude Defense System (THAAD), akan ditempatkan di kawasan Seongju pada akhir tahun depan.

Dan seorang sumber militer yang tak mau disebutkan namanya meyakini, uji coba misil Korea Utara kali ini terkait dengan ancaman mereka pekan lalu.

"SCUD adalah senjata  yang paling mungkin digunakan (Korea) Utara untuk menghantam Seongju," ujar perwira itu menurut kantor berita Yonhap.

Korea Utara dikabarkan memiliki sedikitnya 600 rudal SCUD, yang adalah buatan Uni Soviet lalu dimodifikasi neger itu. Rudal ini diperkirakan memiliki daya jangkai antara 300-700 kilometer.

AS sebenarnya sudah  menempatkan sistem pertahanan udara Patriot yang bisa melakukan intervensi terhadap rudal musuh di ketinggian rendah.

Sedangkan sistem THAAD, ujar militer Korea Selatan, bisa digunakan untuk mencegah serangan rudak musuh di berbagai ketinggian.

Rencana penempatan sistem pertahanan THAAD ini tak hanya dikecam Korea Utara tetapi juga oleh rakyat yang tinggal di wilayah Seongju.

Warga khawatir penempatan sistem persenjataan itu akan menghancurkan perekonomian daerah, pertanian melon dan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan serta lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com