Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anak-anak Albania Korban Tradisi Balas Dendam Berdarah

Kompas.com - 14/07/2016, 14:34 WIB

TIRANA, KOMPAS.com - Mereka menjani hidup penuh derita dan seringkali kehilangan kesempatan bersekolah. Selain itu mereka setiap hari dihantui ancaman pembunuhan.

Mereka adalah anak-anak Albania yang hidup di bawah bayang-bayang budaya balas dendam yang dalam bahasa setempat disebut Gjakmarrja.

Beberapa anak terpaksa hidup dalam persembunyian, didera ketakutan akan menjadi korban selanjutnya dari tradisi berdarah Albania yang hidup di kawasan pegunungan negeri itu sejak abad ke-15.

Tradisi balas dendam yang terus berlanjut itu, membuat hampir semua pria di kawasan ini sangat mahir menggunakan berbagai jenis senjata.

Anak-anak itu berbicara soal mimpi mereka pergi bersekolah ke Shkodra, sebuah kota yang berjarak 90 kilometer di sebelah utara ibu kota Tirana dan tak jauh perbatasan dengan Montenegro.

Klevis (13) bercita-cita ingin menjadi dokter, sementara sang adik, Albert (11) ingin menjadi menteri kehakiman Albania.

Lalu ada Marcel (13) yang ingin menjadi penyanyi serta Taulant (13) yang bermimpi ingin menjadi pemain sepak bola profesional.

Namun mimpi mereka hanya sekadar menjadi angan-angan, tak satu pun dari mereka yang bisa bersekolah, bergabung dengan klub sepak bola atau belajar musik.

Keluarga anak-anak ini terjerat dalam siklus berdarah dan balas dendam yang menjadi tradisi dan warisan leluhur mereka.

Klevis, Albert dan Marcel adalah bagian dari sebuah keluarga besar yang terpaksa bersembunyi sambil menanti dengan cemas kedatangan "Gjakes", sang pembunuh tak dikenal.

Para Gjakes ini bisa saja datang esok hari, lusa atau bahkan sama sekali tak pernah datang. Rasa khawatir anak-anak ini muncul hanya karena adalah berhubungan darah dengan pria yang membunuh seorang pria lainnya dalam perselisihan soal sumber air pada 2010.

"Anak-anak ini di masa depan bisa saja menjadi seorang pembunuh," kata Gjin Marku, yang berupaya keras mendorong rekonsiliasi antara keluarga yang bersengketa.

Tradisi Gjakmarrja atau balas dendam berdarah, berawal dari Kanun atau aturan sosial pada abad ke-15 yang mengatur kehidupan sehari-hari warga Albania di abad pertengahan itu.

Di dalam Kanun ini diatur dengan jelas tentang Gjakmarrja ini, bahwa jika seseorang tewas dibunuh maka keluarga korban berhak membalas dendam tak hanya terhadap si pembunuh tetapi semua pria di keluarga besar si pembunuh.

"Keluarga yang terlibat dalam balas dendam berdarah ini tahu bahwa mereka akan dibunuh atau harus membunuh," ujar wali kota Skhodra, Voltana Ademi.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com