BANGKOK, KOMPAS.com — Sebanyak 100 petugas Kementerian Dalam Negeri Thailand, Selasa (7/6/2016) malam, menggerebek Nataree Massage, sebuah rumah bordil terbesar di kota Bangkok yang populer di kalangan warga lokal dan wisatawan asing.
Dalam penggerebekan itu, polisi menemukan banyak pekerja seks di bawah umur dan buku catatan yang memuat jumlah uang yang disetorkan kepada sejumlah petinggi polisi berjumlah ribuan dollar AS.
"Catatan keuangan itu berisi uang suap yang merinci nama orang yang menerima dan institusi tempat orang itu bekerja. Sebagian besar penerima uang adalah polisi dan unit-unit kepolisian," kata Ronnarong Thipsiri, Direktur Kantor Pertahanan Teritorial, Rabu (8/6/2016).
"Kami memang tidak menginformasikan rencana penggerebekan ini kepada polisi karena kami mendapat informasi mereka (polisi) mendapatkan keuntungan dari rumah bordil itu," tambah Ronnarong.
Seorang fotografer lokal yang ikut dalam penggerebekan itu berhasil memotret salah satu halaman dalam buku catatan keuangan itu.
Di dalamnya menunjukkan bahwa lebih dari 10.000 dollar AS atau sekitar Rp 132 juta diberikan kepada beberapa perwira polisi dan beberapa institusi penegak hukum selama 20 hari sepanjang Maret tahun ini.
Ronnarong, yang membenarkan foto itu, menambahkan, salah satu bagian dari buku itu menunjukkan angka 539.000 dollar AS atau Rp 7,1 miliar, meski tidak memberi rincian lebih lanjut.
Penggerebekan itu juga menemukan beberapa pekerja seks berusia di bawah 18 tahun, sebagian besar adalah warga asing dari beberapa negeri miskin yang membanjiri Thailand.
Ronnarong menambahkan, sekitar 90 persen dari 121 perempuan yang ada di rumah bordil itu adalah warga negara Myanmar, terutama yang berasal dari etnis minoritas yang tinggal tak jauh dari perbatasan Thailand.
Prostitusi, secara teknis, adalah perbuatan ilegal di Thailand, tetapi praktik prostitusi menyebar di seluruh wilayah negeri itu.
Akibat dari status ilegal itu, maka para pemilik rumah bordil dan pekerja seks kerap harus membayar uang perlindungan kepada polisi atau geng kriminal untuk menghindari penutupan atau penangkapan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.