BEIJING, KOMPAS.com — Kantor berita resmi Republik Rakyat China, Xinhua, telah membuat kesalahan yang "menampar" Presiden Xi Jinping. Media menyebut Xi sebagai "pemimpin terakhir China".
Manajemen redaksi Xinhua telah mengoreksi kesalahan yang telah tersebar luas itu, dari sebutan Xi "Pemimpin Terakhir China" dengan Xi "Pemimpin Tertinggi China".
Belakangan, seperti dilaporkan oleh BBC, kantor berita Xinhua memutuskan untuk menarik semua artikelnya dari semua outlet.
Kekeliruan seperti ini amat jarang terjadi di China karena biasanya semua rujukan untuk Presiden akan diperiksa dengan amat saksama.
Kedua kata hanya menggunakan satu huruf yang berbeda, tetapi dengan pengucapan yang amat berbeda.
Media China dengan ketat dikendalikan oleh pemerintah. Beijing sering mencabut berita dari internet maupun media sosial, sedangkan situs media sosial, seperti Facebook dan Twitter, dilarang.
Pengalaman sebelumnya memperlihatkan kesalahan serupa akan membawa konsekuensi yang serius atas para wartawan yang terlibat.
Desember lalu, empat wartawan China News Service, yang dikuasai Partai Komunis China, diberhentikan untuk sementara waktu setelah melaporkan "pengunduran diri" (ci zhi) Presiden Xi. Padahal, maksudnya adalah "pidato" (zhi ci) dalam lawatan Presiden Xi ke Afrika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.