Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Mau Buka Pangkalan Pengebom Jarak Jauh di Australia Utara

Kompas.com - 10/03/2016, 07:00 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com – Amerika Serikat (AS) sedang membahas rencana dengan Australia untuk membuka pangkalan pesawat pengebom jarak jauh di “Benua Kanguru”.  Rencana itu muncul di tengah kekhawatiran meningkatnya ekspansi militer China di Laut China Selatan.

Rencana AS itu disiarkan radio Australia pada Rabu (9/3/2016) merujuk keterangan Komandan Pasukan Udara AS di Kawasan Pasifik, Jenderal Lori Robinson. Pesawat pengebom B-1 dan tanker udara itu sementara akan ditempatkan di Australia utara.

"Kami sedang dalam proses berbicaraan tentang rotasi pasukan, pesawat pengebom, dan tanker (udara) dari Australia dan kesempatan untuk berlatih dengan Australia," katanya seperti yang dirilis Reuters, Rabu, mengutip siaran radio.

"Hal itu memberikan kesempatan untuk kami memperkuat hubungan yang sudah terjalin dengan Royal Australian Air Force (RAAF) dan untuk melatih pilot memahami medan operasi. Betapa pentingnya memperkuat hubungan dengan sekutu utama  kami, RAAF,"  katanya.

AS telah memperkenalkan kebijakan luar negerinya yakni  kebijakan "poros" AS di Asia, yang telah mengguncang China, dan sudah memiliki pangkalan marinir di Australia utara. 

Harian Sydney Morning Herald juga merilis bahwa Robinson melihat adanya kegiatan "militerisasi" oleh China di Laut China Selatan. Apa yang dibahas AS dan sekutunya tidak lain merupakan sebuah usaha untuk "merawat kekuatan tempur yang meyakinkan".
 
Beijing mengatakan pihaknya "prihatin" mendengar laporan tentang pembicaraan antara AS dan Australia itu.

"Untuk menciptakan perdamaian, kerjasama, dan pembangunan merupakan tren yang penting di kawasan dan apa yang dicita-citakan semua orang," kata Hong Lei, juru bicara Departemen Luar Negeri China.

"Kerjasama yang relevan antara negara-negara harus melayani tujuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional. Kerja sama itu tidak harus menargetkan kepentingan pihak ketiga,” kata Hong Lei.

Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Keamanan Asia dan Pacific David Shear, Mei lalu,  memuji prospek pesawat pengebom B-1 di Australia ketika ia tampil di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS. Tonny Abbbott, Perdana Menteri Australia kala itu, mengatakan Shear telah “salah berbicara”.

Perdana Menteri (PM) Australia, Malcolm Turnbull, tidak mau membahas secara spesifik tentang materi pembicaraan ketika ditanya tentang pesawat pengebom AS itu.

"Baiklah, kami mengatur rotasi pasukan militer Amerika di seluruh Darwin dan seluruh Australia setiap saat," katanya, Rabu. "Jadi kami memiliki hubungan pertahanan yang sangat dekat dengan AS,” lanjut Turnbull sebagaimana dirilis Reuters.

PM Turnbul menegaskan, “Saya takkan mengomentari elemen tertentu, namun saya hanya dapat meyakinkan Anda bahwa segala sesuatu yang kami lakukan di wilayah ini sangat hati-hati.”

“Kami bertekad untuk memastikan bahwa pasukan militer kami masing-masing bekerja sama semaksimal mungkin demi kepentingan nasional timbal-balik kami,” tambahnya.

Beijing mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan. Kawasan itu menjadi jalur perdagangan internasional, termasuk menjadi perlintasan kapal tangker yang mengangkut sepertiga kebutuhan minyak dunia. Ketegangan meningkat karena Beijing mengklaim secara teritorial.

Seorang pejabat AS bulan lalu mengatakan, Beijing telah mengerahkan rudal permukaan-ke-udara ke Woody Island yang terletak di gugus kepulauan Paracel yang disengketakan. Hal yang sama diduga dilakukan ke gugus kepulauan Spratly.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com