Tempat itu disebut dipergunakan oleh rezim di Suriah untuk menjalankan operasi komando militer di Damaskus dan tempat lain di negara yang hancur karena perang tersebut.
Salah satu kelompok pemberontak terbesar di Damaskus tersebut menyatakan, operasi untuk mengambil alih kawasan itu berlangsung setelah pertempuran sengit dengan pasukan Bashar al-Assad di Harasta, di timur laut Damaskus.
Seperti berita yang dilansir VOA Indonesia, Kamis (18/2/2016), serangan telah dilancarkan sejak September tahun lalu, oleh mantan panglima kelompok pemberontak Zahran Alloush. Namun Zahran akhirnya tewas pada Desember lalu, menyusul serangan udara Pemerintah Suriah.
Menurut analisa seorang peneliti tentang keamanan Suriah, Oula A. Alrifai. pusat komando tersebut dipergunakan sebagai bangunan kedua, jika terjadi sesuatu pada bangunan utama di ibu kota.
Alrifai mengatakan, kehilangan pusat komando ini merupakan pukulan bagi rezim di Damaskus. Sebelumnya rezim Damaskus berhasil mempertahankan posisi mereka meskipun serangan pemberontak terus terjadi sejak permulaan perang saudara pada 2011 silam.
Disebutkan, kelompok pemberontak ini merebut fasilitas tersebut pada awal Februari 2016. Demikian klaim yang disampaikan Army of Islam dalam video yang dirilis minggu ini.
"Bangunan bawah tanah ini menjadi markas besar aparat keamanan dan badan intelijen militer," kata Alrifai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.