Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libya Ancam Banjiri Eropa dengan Para Migran Afrika

Kompas.com - 04/11/2015, 10:33 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com — Libya mengeluarkan ancaman terselubung untuk mengirim "ratusan ribu" migran ke Eropa jika Brussels tidak mengakui penguasa Tripoli yang telah mendeklarasikan diri sebagai pemerintah resmi negara itu.

Sejumlah pejabat mengatakan, mereka bisa menyewa kapal-kapal untuk mengirim sejumlah besar migran Afrika menyeberangi Laut Tengah. Hal itu tentu akan menambah secara besar-besaran jumlah migran yang sedang mencapai perbatasan Eropa.

Peringatan tersebut disampaikan juru bicara Pemerintah Keselamatan Nasional dari Kongres Nasional Umum (KNU) Libya dalam sebuah wawancara dengan The Telegraph di ibu kota Libya, Tripoli.

Kongres menguasai Tripoli tahun lalu setelah bertempur melawan pasukan yang setia kepada pemerintah Perwakilan Rakyat yang diakui secara internasional. Namun, kelompok itu tidak diakui oleh Uni Eropa sebagai pemerintahan yang sah di Libya. Dua minggu lalu, kedua faksi juga menolak kesepakatan damai yang dimediasi PBB.

Jamal Zubia, juru bicara untuk media luar negeri Pemerintah Keselamatan Nasional, mengatakan kepada The Telegraph bahwa Libya saat ini sedang menghabiskan puluhan juta pounds per tahun untuk menghentikan para pendatang melintasi Laut Tengah, lewat penggunaan pusat-pusat penahanan dan program repatriasi.

Dia mengatakan, jika Eropa terus menolak untuk mengakui otoritas Kongres, Pemerintah Libya bisa menghentikan kebijakan itu.

"Sejujurnya, saya telah berkali-kali menyarankan kepada pemerintah saya bahwa kami seharusnya menyewa kapal-kapal dan mengirim mereka ke Eropa," katanya. "Kami sedang melindungi gerbang Eropa, tetapi Eropa tidak mengakui kami dan tidak mau mengakui kami. Jadi mengapa kami harus menghentikan para migran di sini?"

Libya sudah lama menjadi negara transit utama bagi kaum migran dari negara-negara sub-Sahara Afrika. Namun, jumlah mereka bertambah jauh lebih besar karena kekosongan pengamanan menyusul jatuhnya Kolonel Khadafy di Libya tahun 2011.

Tahun lalu saja, sekitar 170.000 migran tiba dengan kapal dari Libya di Italia. Antara Januari hingga September tahun ini, angka itu sudah mencapai 130.000. Walau angka masih lebih kecil dibanding jumlah migran yang menggunakan rute "Aegean" di Turki dan Yunani. Sepanjang tahun ini sudah tercatat 360.000 migran melewati rute Aegean tersebut.

Hari Senin, PBB mengatakan bahwa secara total, lebih dari 218.000 migran dan pengungsi menyeberangi Laut Tengah untuk menuju Eropa pada Oktober, angka bulanan tertinggi yang tercatat. Angka itu juga melebihi total jumlah migran yang tiba di Eropa lewat jalur itu sepanjang tahun 2014.

Kontras dengan kesan populer, Pemerintah Libya tidak sepenuhnya menutup mata terhadap penyelundupan manusia.

Departemen Pemberantasan Imigrasi Ilegal negara itu mempekerjakan sekitar 8.000 staf dan menahan sejumlah besar migran karena memasuki Liya secara ilegal. Departemen itu juga bekerja sama dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dalam program repatriasi sukarela.

Sementara itu, di sejumlah pelabuhan di kawasan pesisir, para pejabat lokal menjalankan patroli kecil penjaga pantai dan membantu saat mengumpulkan jenazah ketika ada kapal migran yang tenggelam.

Namun, jumlah kaum migran jauh melampaui kapasitas pemerintah untuk menangani mereka, walau Libya menghabiskan anggaran sekitar 80 juta pounds per tahun pada masalah itu.

Sementara negara itu masih dalam proses membangun kembali pemerintahannya setelah penggulingan Kolonel Khadafy, banyak pejabat juga enggan mengerahkan sumber daya terhadap apa yang mereka lihat sebagai masalah Eropa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com