Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Myanmar: Masalah Pengungsi Rohingya adalah Masalah Regional

Kompas.com - 18/05/2015, 16:38 WIB
YANGOON, KOMPAS.com — Pemerintah Myanmar, Senin (18/5/2015), memahami keprihatinan komunitas internasional terkait gelombang manusia perahu asal negeri itu yang kini "terdampar" di berbagai negara.

Namun, Pemerintah Myanmar menolak jika harus bertanggung jawab sendiri atas masalah tersebut. Demikian disampaikan Menteri Informasi Myanmar Ye Htut. "Pemerintah Myanmar memahami keprihatinan komunitas internasional terkait para manusia perahu di lautan," ujar Htut.

"Namun, daripada menyalahkan Myanmar atas semua masalah ini, negara-negara regional seharusnya ikut menyelesaikan isu tersebut," tambah Htut seusai pertemuan antara Pemerintah Myanmar dan para diplomat asing di Yangoon.

Puluhan ribu warga Muslim Rohingya, kelompok minoritas yang menghadapi diskriminasi di wilayah barat Myanmar sudah sejak lama melarikan diri dari negeri itu menggunakan perahu dan melintasi Teluk Benggala.

Dalam beberapa tahun terakhir, para pengungsi dari Banglades yang mencoba lari dari kemiskinan bergabung dengan warga Rohingya. Namun, negara-negara tetangga Myanmar acap melupakan peran negeri itu dalam gelombang pengungsi tersebut.

Beberapa bulan terakhir, Myanmar mendapat tekanan dunia internasional setelah ribuan imigran yang ditelantarkan di tengah laut oleh para penyelundup manusia, menyusul operasi pemberantasan perdagangan manusia di Thailand, wilayah yang menjadi titik transit penting.

Ribuan warga Rohingya dan Banglades, yang kelelahan dan kelaparan, terdampar di pesisir Malaysia dan Indonesia, sementara ribuan lainnya diusir kembali ke tengah lautan.

Myanmar sejauh ini menolak semua kritik terkait kebijakannya terhadap etnis minoritas, dan belum memastikan apakah perwakilannya akan hadir dalam sebuah KTT regional yang diprakarsai Thailand terkait krisis pengungsi.

Pemerintah Myanmar juga masih membantah bahwa 1,3 juta warga etnis Rohingya termasuk etnis minoritas yang ada di negeri itu dan tetap menganggap mereka adalah migran gelap dari Banglades.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com