Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajah Rupawan Tak Selalu Menguntungkan

Kompas.com - 07/05/2015, 10:00 WIB
KOMPAS.com - Punya wajah cantik atau tampan memang bisa mendatangkan keuntungan dalam hidup, tetapi para psikolog mengatakan ada lubang perangkap yang tidak banyak diketahui orang untuk mereka yang berwajah sangat rupawan.

Bisakah orang menjadi terlalu cantik atau tampan? Untuk kebanyakan dari kita, ini bukanlah masalah yang perlu dipikirkan karena malah mungkin kita lebih sering bermimpi untuk memiliki wajah rupawan.

Namun, berkat dan kutukan karena memiliki wajah sangat cantik atau tampan sudah lama menjadi perhatian dunia psikologi. Apakah mereka yang berwajah simetris sempurna dan yang bertubuh sangat menawan memang terus hidup dipuji-puji, ataukah kadang-kadang lebih baik jadi orang yang berwajah biasa-biasa saja?

Dengan mempelajari penemuan berdekade-dekade, psikolog sosial Lisa Slattery Walker dan Tonya Frevert dari Universitas North Carolina di Charlotte meninjau semua bukti-bukti yang ada dan kesimpulan mereka mungkin tidaklah seperti yang Anda harapkan.

Di tingkat yang paling dangkal, kecantikan mungkin dianggap membawa banyak keuntungan. Kita melihat seseorang yang berwajah menawan, dan pikiran bawah sadar kita menghubungkannya dan menyimpulkan bahwa mereka sudah pasti diuntungkan juga dalam hal-hal lain. “Ini salah satu dari banyak sifat yang dapat kita identifikasikan sejak awal dalam interaksi kita,” kata Walker.

Untuk para psikolog, hal ini disebut sebagai pendekatan praktis “apa yang indah pasti bagus”, tetapi para penggemar film seri komedi TV 30 Rock mungkin akan mengenali hal ini sebagai 'the bubble (gelembung busa)'.

Tokoh Jon Hamm dalam seri komedi ini sangat tidak cakap dalam banyak hal, tetapi tetap bisa hidup senang dalam khayalannya berkat wajah tampannya. Sebagai dokter, misalnya, ia bahkan tidak dapat melakukan perasat Heimlich (Heimlich manoeuvre), tetapi tetap bisa lulus sekolah kedokteran karena pesona alaminya.

Pendapatan lebih tinggi

Menurut bukti-bukti yang ada, ‘gelembung busa’ ini memang kenyataan. Dalam dunia pendidikan misalnya, Walker dan Frevert menemukan begitu banyak penelitian yang menunjukkan pelajar yang berwajah lebih cantik atau tampan, baik di sekolah maupun universitas, cenderung dinilai oleh para guru sebagai orang yang lebih kompeten dan pandai –dan hal tersebut tercermin dalam nilai yang diberikan kepada mereka.

Selain itu, pengaruh ‘gelembung busa’ juga mengembang setelah bertahun-tahun. “Ada efek kumulatifnya,” kata Frevert. “Orang itu menjadi lebih percaya diri dan memiliki keyakinan yang lebih positif serta peluang yang lebih banyak untuk menunjukkan kemampuannya.”

Di tempat kerja, wajah yang indah memang dapat menjadi pembawa rezeki. Ketika semua hal dipertimbangkan, orang yang berwajah lebih menarik cenderung mendapatkan lebih banyak uang dan menaiki tangga karier yang lebih tinggi di perusahaan dibandingkan orang-orang yang dianggap tidak terlalu elok di mata.

Satu penelitian terhadap para lulusan sarjana bisnis MBA menemukan ada perbedaan sekitar 10 persen sampai 15 persen pada pendapatan antara orang yang paling menarik dan paling tidak menarik di dalam kelompok, yang jika dijumlahkan bisa mencapai sekitar 230.000 dollar AS (atau Rp 2,9 miliar) selama masa hidup. “Orang-orang itu dianugerahi keuntungan sepanjang hidupnya, mulai dari masa sekolah sampai di tempat kerja,” kata Walker.

Bahkan di pengadilan pun, penampilan menawan bisa memberikan efek sulap. Terdakwa yang berwajah rupawan akan lebih mungkin mendapatkan hukuman yang lebih ringan, atau bahkan bebas total dari hukuman, sementara penggugat yang menarik akan lebih mungkin memenangkan perkara dan mendapatkan uang penyelesaian perkara yang lebih besar. “Ini merupakan dampak yang merasuk,” kata Walker.

Walau wajah rupawan menguntungkan di sebagian besar keadaan, ada situasi-siatuasi ketika wajah indah justru menjadi pemukul balik. Pria yang tampan mungkin juga dianggap sebagai pemimpin yang lebih baik, misalnya, namun prasangka seksis yang tersirat terhadap kaum perempuan yang cantik malah mungkin membuat mereka lebih tidak mungkin dipekerjakan di jabatan tinggi yang memerlukan kewibawaan. (Jika Anda ingin melihat apa kata Hollywood tentang keadaan ini, Frevert dan Walker menyarankan untuk menonton Reese Witherspoon di film Legally Blonde.)

Perhatian kurang untuk orang cantik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com