Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Sebuah Film Dokumenter, Andrew Chan Baca Surat Terakhirnya

Kompas.com - 30/04/2015, 10:38 WIB
SYDNEY, KOMPAS.com — Beberapa bulan sebelum dieksekusi, terpidana mati Andrew Chan menulis sebuah surat yang berisi peringatan kepada anak-anak sekolah terkait bahaya menggunakan obat-obatan terlarang.

Surat tersebut dibacakan Chan dari dalam selnya di LP Kerobokan, Denpasar, sebagai bagian dalam sebuah film dokumenter berjudul Dear Me. Film ini nantinya akan digunakan sebagai sarana pendidikan di berbagai sekolah di Australia dan Inggris.

Dalam film dokumenter itu, setelah memperkenalkan dirinya, Chan kemudian membacakan suratnya itu dengan logat Australia yang kental.

"Salah satu sebab saya menulis surat ini adalah untuk memberi tahu kalian tentang bahaya obat-obatan terlarang dan efek yang bisa diakibatkannya kepada kalian," ujar Chan.

Kemudian, Chan melanjutkan dengan menceritakan masa lalunya yang menurut dia belum terlalu lama berselang.

"Saat saya berusia 15 atau 16 tahun dan itu terjadi belum lama, saya duduk di dalam kelas seperti kalian saat ini. Saya hanya anak-anak biasa dan saya bukan murid kesayangan guru," kata Chan.

"Untuk menyingkat cerita, saya kemudian terlibat dengan narkotika saat masih berusia sangat muda. Saya baru berusia 15 tahun saat terlibat masalah ini," kata dia.

Salah pergaulan

Daily Mail Inlah tulisan tangan terpidana mati Bali Nine, Andrew Chan yang dibacakannya dalam sebuah film dokumenter yang ditujukan untuk menunjukkan bahaya obat-obatan terlarang bagi remaja.
Dalam suratnya itu, Chan juga menjelaskan dengan detail bagaimana dirinya saat remaja mencoba menyembunyikan banyak hal dari orangtua dan keluarganya. Namun, pada akhirnya, semua hal yang disembunyikannya itu tak bisa dikendalikan.

"Saya melakukan hal yang tak bisa saya banggakan dalam hidup saya dan saya telah membuat banyak keputusan bodoh," kata Chan dalam suratnya itu.

Film dokumenter itu mengungkap bahwa Chan bergaul dengan orang-orang yang salah pada masa mudanya setelah mengalami bullying dan pelecehan rasial pada masa kecilnya.

Dari 20 orang teman dekatnya di Australia, sembilan orang sudah meninggal dunia dan sisanya mendekam di penjara. Semuanya karena keterlibatan mereka dengan narkotika.

"Kehidupan saya adalah contoh sempurna dari sebuah kesia-siaan. Untuk menunjukkan efek dari ini semua, lihatlah di mana saya sekarang, saya gagal menikah, saya tak bisa menghadiri pemakaman kerabat, dan hal-hal kecil lain bersama keluarga," kata Chan.

Chan menambahkan, kondisinya yang menjadi terpidana mati di luar negeri membuat dia menderita dan yang paling menderita adalah keluarganya di Australia.

"Hal-hal sederhana seperti sebuah pelukan tak mungkin dirasakan orang seperti saya. Saya tak memiliki apa pun selain jeruji besi untuk dipeluk dan bukan orang-orang yang saya cintai dan rindukan," ujarnya.

Halaman:
Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com