Dari stasiun tersebut, para astronot dapat melihat bagaimana dahsyatnya badai ini, yang sebelumnya telah memporak-porandakan negara kepulauan Federasi Mikronesi (FSM), dengan lima orang dilaporkan tewas.
Kini badai angin kencang, dalam bahasa Jepang disebut Taifun dan dalam bahasa Indonesia disebut Topan, yang diberi nama Maysak itu, bergerak melintasi Barat Laut Pasifik menuju ke Filipina.
Astronot NASA yang ada di stasiun luar angkasa itu, Terry Virts, tak ketinggalan, dan menulis di akun Twitternya, "Melihat langsung mata topan ini, terbesar yang pernah saya lihat".
"Tampak seperti lubang hitam dalam film-film fiksi-ilmiah," tambahnya.
Sementara itu, pihak berwenang di Negara Federasi Mikronesia, yang terdiri atas 607 pulau-pulau kecil yang tersebar di areal sepanjang 2.500 km, kepada ABC menjelaskan, informasi kerusakan akibat badai ini masih terus dikumpulkan.
Marcellus Akapito, staf kepresidenan FSM, mengatakan untuk sementara diperkirakan sekitar 80 persen kepulauan Chuuk dilaporkan rusak.
Chuuk adalah pulau yang pertama diterjang Topan Maysak ini. "Dampaknya di kepulauan ini sangat besar," katanya.
"Pasokan makanan, tanaman dan tempat tinggal, menjadi perhatian kami, makanya sekarang kami menuju ke lokasi," kata Akapito.
Menurut perkiraan badan meteorologi di Guam, hingga Jumat (3/4/2015) badai ini masih tetap berada dalam kategori "Super Topan".
Diperkirakan begitu mencapai wilayah daratan, kekuatannya menurun hingga kategori kedua, yang sama dengan kecepatan sekitar 175 km perjam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.