Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis Inggris Terjebak Ekstremisme karena Pejihad "Tampan"

Kompas.com - 03/03/2015, 11:35 WIB
KOMPAS.com — Pejihad "tampan" bisa "menjerat" gadis-gadis Muslim Inggris, kata seorang mantan ekstremis kepada BBC.

Ayesha, yang menggunakan nama samaran, mengatakan kepada BBC bahwa ia diajarkan untuk memandang Inggris sebagai "musuh kita." Kini ia menolak ideologi itu, tetapi mengatakan bahwa mantan sekutunya akan melihat seorang militan yang dikenal dengan "Jihadi John" sebagai "Idola".

Tiga gadis remaja siswa SMA yang baru-baru ini meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam (ISIS) di Suriah memunculkan pertanyaan mengapa gadis-gadis Inggris membuat pilihan itu.

Ayesha, dari Midlands, sekarang berusia 20-an tahun dan mengatakan bahwa ia pertama kali dihubungi oleh kelompok ekstremis ketika masih berumur 16 atau 17 tahun. Ia mengatakan, seorang pria mengiriminya pesan di Facebook dan mengatakan bahwa ia "sangat menarik" dan mengatakan kepadanya, "Kini saatnya untuk menutupi kecantikan itu karena kamu sangat berharga."

Ayesha mengatakan pesan itu "hampir seperti sebuah pelecehan", tetapi "itu adalah cara terbaik untuk menyasar saya" karena menggunakan keyakinan agamanya dan pria itu juga mengatakan bahwa Ayesha "akan masuk neraka" jika tidak patuh.

Menggairahkan

Ia juga mengatakan, ada sisi glamor sekaligus kengerian pada apa yang ia lihat. "Sebagai seorang remaja, saya ingin punya pacar dan saya melihat, di semua video YouTube, mereka (para militan) sangat, sangat menarik."

"Hal itu sangat glamor karena saya merasa 'Oh wow, saya bisa mendapatkan seseorang yang beragama sama dengan saya, dan berasal dari etnis berbeda dan hal itu sangat menggairahkan'."

Ayesha tertarik dengan kelompok seperti militan Somalia al-Shahab. Ia menambahkan, "Saya merasa harus bersama dengan dia sebelum ia meninggal.

"Dan kalau ia meninggal sebagai syuhada, saya akan bertemu dengannya di surga."

Tetapi, Ayesha mengatakan, ia kini menolak pendapat itu. Ia mengatakan, dua hal utama yang membuatnya meninggalkan ideologi itu adalah bahwa ideologi itu "tidak memberikan keadilan untuk perempuan" dan mengatakan para pengikut "harus menculik seseorang yang bukan Muslim".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com