Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayoritas Warga Perancis Sesali Penerbitan Kartun Ofensif "Charlie Hebdo"

Kompas.com - 19/01/2015, 14:46 WIB
PARIS, KOMPAS.com — Sebuah jajak pendapat menyebutkan, hampir separuh orang Perancis menentang penerbitan kartun Nabi Muhammad. Mereka yakin, kartun yang oleh banyak orang Islam dianggap ofensif seharusnya tidak diterbitkan.

Lembaga jajak pendapat Ifop menyampaikan hasil itu, Minggu (18/1/2014), di tengah debat mendalam tentang batas kebebasan berpendapat yang akhir-akhir ini mengemuka. Jajak pendapat dilakukan pada pekan lalu, menyusul penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad oleh mingguan satire Charlie Hebdo.

Sebanyak 12 orang pada 7 Januari lalu tewas diserang dua bersaudara yang merasa perlu membalas dendam karena majalah itu telah memuat gambar Nabi Muhammad. Sepekan kemudian, majalah tersebut memuat gambar yang oleh sebagian besar warga Muslim dinilai melecehkan.

Menurut Ifop, sebagaimana dikutip harian Le Journal du Dimanche, 42 persen warga Perancis menolak kartun yang baru-baru ini diterbitkan mingguan Charlie Hebdo. Sementara itu, mereka yang mendukung pembatasan kebebasan menyampaikan pendapat di daring dan media sosial tercatat sebanyak 50 persen.

Meski begitu, 57 persen responden mengatakan, mereka yang bertentangan dengan Muslim seharusnya tidak mencegah kartun-kartun tersebut dipublikasikan.

Lebih lanjut, jajak pendapat itu mengatakan, sebagian besar responden (81 persen) mendukung pencopotan kewarganegaraan ganda terhadap mereka yang melakukan aksi terorisme di Perancis.

Terhadap mereka yang pergi belajar di negara-negara yang dicurigai berkaitan dengan kelompok teroris, warga Perancis lebih senang mereka dilarang kembali ke Perancis (68 persen). Demikian juga mereka yang ingin bergabung dengan gerakan jihad sampai mereka pergi meninggalkan Perancis, responden minta agar mereka dilarang saja.

Namun, para responden menolak jika Perancis melakukan intervensi militer ke negara-negara seperti Suriah, Libya, dan Yaman.

Sementara itu, penolakan terhadap Charlie Hebdo yang disuarakan negara-negara Muslim masih berlanjut. Bahkan, protes berlanjut dengan kekerasan di Niger, yang hampir semua warganya beragama Islam. Lima warga di ibu kota Niamey, Sabtu, tewas dalam aksi penyerangan gereja.

Presiden Niger Mahamadou Issoufu mengatakan akan menyelidiki kasus ini. ”Mereka yang menjarah tempat-tempat ibadah dan melanggar, mereka yang membunuh sesama warga yang beragama Kristen atau orang asing yang tinggal di negara kita, telah memahami tidak ada kaitan dengan Islam,” kata Issoufu dalam pidato di televisi.

Namun, presiden yang memimpin 17 juta jiwa ini menyampaikan bahwa ia paham jika orang Muslim merasa tersinggung dengan karikatur Nabi Muhammad. Menurut Issoufu, kebebasan berpendapat tidak harus diartikan sebagai kemerdekaan untuk menghina agama.

Issoufou adalah salah seorang kepala negara yang ikut dalam solidaritas menentang kekerasan di Paris. (AFP/AP/RET)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com