Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Pakistan Bertekad Akan Taklukkan Taliban

Kompas.com - 17/12/2014, 15:14 WIB
PESHAWAR, KOMPAS.COM — Pakistan, Rabu (17/12/2014), memulai masa berkabung tiga hari untuk 132 anak-anak dan sembilan staf sekolah yang dibantai Taliban dalam serangan teror paling mematikan di negara itu.

Ke-141 orang itu tewas saat militan Taliban menyerbu sebuah sekolah yang dikelola militer di kota Peshawar di barat laut negara itu pada Selasa dan secara sistematis menyisir dari ruangan ke ruangan untuk menembak anak-anak dalam pembantaian selama delapan jam. Serangan itu, yang diklaim Taliban Pakistan atau yang bernama resmi Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) sebagai balas dendam atas serangan besar-besaran militer di wilayah tersebut, memicu kecaman dari seluruh dunia dan membuat pemerintah dan militer Pakistan menegaskan kembali tekad mereka untuk mengalahkan kelompok yang telah menewaskan ribuan orang sejak memulai pemberontakan tahun 2007.

Seorang remaja yang selamat, Shahrukh Khan, yang merunduk di bawah meja bersama teman sekelasnya ketika empat pria bersenjata menyerbu masuk ke ruangan mereka, menggambarkan bagaimana dia berpura-pura mati setelah ditembak di kedua kakinya. Dia menyumpal mulutnya sendiri dengan dasi guna menahan jeritan kesakitannya.

"Saya melihat sepasang sepatu bot besar warna hitam mendekat ke arah saya. Orang ini mungkin sedang memburu para siswa yang bersembunyi di bawah bangku," kata remaja usia 16 tahun itu kepada AFP dari bangsal perawatannya di Rumah Sakit Lady Reading di kota itu. "Orang dengan sepatu besar itu terus mencari siswa dan menerjangkan peluru ke tubuh-tubuh mereka. Saya berbaring diam sedapat yang saya bisa dan menutup mata, menunggu apakah akan ditembak lagi," katanya.

"Tubuh saya gemetar. Saya melihat kematian yang begitu dekat dan saya tidak akan pernah melupakan sepatu bot hitam yang mendekati saya. Saya merasa seolah-olah kematian mendekati saya."

Perdana Menteri Nawaz Sharif mengumumkan tiga hari berkabung nasional dan menggambarkan serangan itu sebagai "tragedi nasional yang disebabkan oleh orang-orang biadab". "Ini anak-anak saya. Ini duka saya. Ini duka bangsa," kata Sharif.

Peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai, yang juga ditembak Taliban tahun 2012, mengatakan, dia "sedih" dengan pembunuhan "sia-sia dan berdarah dingin" itu.

Presiden AS Barack Obama mengecam serangan itu sebagai perbauatan "keji" dan mengatakan Amerika akan mendukung Pakistan dalam perjuangan melawan ekstremisme. Para pemimpin di Eropa menyuarakan kecaman yang sama. Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyampaikan simpati kepada Pakistan saat pemerintahannya sendiri berhadapan dengan dampak dari penyanderaan di kafe di Sydney yang dilakukan seorang pria bersenjata yang fanatik.

Narendra Modi, Perdana Menteri India yang merupakan tetangga Pakistan, mengatakan, dia telah menelepon Sharif untuk menyampaikan belasungkawa. "Kepada PM Sharif, kami siap untuk memberikan bantuan selama masa duka," kata Modi.

Juru bicara militer Pakistan Jenderal Asim Bajwa mengatakan bahwa 125 orang terluka dalam serangan itu. Ada sekitar 500 siswa di sekolah itu ketika serangan tersebut dimulai, dan Bajwa mengatakan bahwa para penyerang, yang dilengkapi amunisi dan makanan untuk bertahan hidup hingga "berhari-hari", hanya ingin membunuh. "Para teroris mulai menembak tanpa pandang bulu saat mereka memasuki auditorium. Jadi, mereka tidak berniat menyandera orang," katanya kepada wartawan.

Seorang pejabat keamanan senior mengatakan bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki kewarganegaraan para penyerang karena beberapa orang berbicara dalam bahasa Arab.

Taliban Pakistan merupakan sebuah organisasi payung yang longgar dan semakin terpecah yang pernah mewakili sekitar 30 kelompok militan. Kelompok itu secara resmi didirikan tahun 2007 oleh seorang komandan militan terkemuka, Baitullah Mehsud, dan selama bertahun-tahun kelompok itu dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengannya, seperti Al Qaeda, berbasis di daerah suku Pashtun di Pakistan barat laut, khususnya di Waziristan Utara dan Selatan.

Banyak komandan Taliban Pakistan telah bertempur di Afganistan sebagai bagian dari gerakan yang pernah meraih kekuasaan di Kabul. Saat pasukan AS menggulingkan gerakan itu tahun 2001, banyak pemimpinnya yang melarikan diri dengan melintasi perbatasan ke Pakistan. Orang-orang Pakistan di antara kelompok itu kemudian menjadi tuan rumah bagi rekan-rekan Afganistan mereka, serta ratusan militan Al Qaeda, dengan menyediakan bagi mereka tempat tinggal, dukungan logistik, dan anggota-anggota baru.

Atas tekanan AS, tentara Pakistan melakukan sejumlah upaya yang sifatnya sementara untuk menghancurkan tempat-tempat persembunyian kelompok itu tahun 2003 dan 2004, tetapi upaya itu sudah terlambat. Para milisi suku, yang sudah diperkaya dan diradikalisasi oleh para tamu Al Qaeda mereka, menderita akibat langkah militer tersebut. Amerika Serikat menyebut Taliban Pakistan sebagai organisasi teroris pada September 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com