Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Israel Akui Kesalahan terhadap Warga Keturunan Arab

Kompas.com - 27/10/2014, 03:56 WIB
KAFR QASSEM, KOMPAS.com - Presiden Israel Reuven Rivlin, Minggu (26/10/2014), mengakui kesalahan pemerintahannya terhadap warga keturunan Arab pada masa lalu dan sekarang. Pernyataan itu dia sampaikan dalam peringatan pembunuhan massal pada 1956 di Kafr Qassem.

Pada saat itu, pasukan Israel membunuh 47 warga di pemukiman Arab hanya karena dituduh melanggar aturan jam malam. Rivlin adalah Presiden Israel pertama yang menghadiri upacara peringatan Kafr Qassem.

"Perbuatan kriminal mengerikan telah dilakukan di tempat ini. Pembunuhan kejam di Kafr Qassem adalah fase gelap dalam sejarah hubungan Arab dan Yahudi di wilayah ini," aku Rivlin. "Saya datang ke sini, terutama pada hari-hari yang sulit ini mengulurkan tangan dan berharap anda semua menyambut untuk saya dan warga Yahudi," lanjut dia.

Rivlin menggunakan frasa "hari-hari sulit" merujuk pada kekerasan antara warga Palestina dan kepolisian Israel di Yerusalem Timur yang terjadi hampir setiap hari sejak pembunuhan terhadap pemuda Palestina oleh sejumlah ekstremis Yahudi pada Juli 2014, yang kemudian meluas menjadi perang Gaza selama puluhan hari.

Kunjungan Rivlin di Kafr Qassem dilakukan menjelang upacara penguburan seorang pria Yarusalem Timur yang pada Rabu (22/10/2014) mengendarai mobil melebihi batas kecepatan dan menabrak kerumunan warga Yahudi di pinggir jalan.

Tabrakan tersebut menewaskan seorang bayi. Lelaki itu kemudian ditembak mati polisi yang berkeyakinan pria itu sengaja menabrakkan mobilnya.

Kafr Qassem berada di tengah wilayah Israel, tetapi berdekatan dengan Tepi Barat. Pada 1956 wilayah tersebut dikuasai oleh militer dan pada 29 Oktober 1956--hari pertama perang Mesir--kepolisian Israel menembaki warga yang tidak mengetahui bahwa jam malam telah diberlakukan.

Sebagian besar korban sedang kembali dari tempat bekerja, juga terdapat perempuan dan anak-anak. Warga Israel keturunan Arab saat ini berjumlah total sekitar 1,4 juta orang, atau 20 persen dari keseluruhan populasi. Mereka adalah keturunan 160.000 warga Palestina yang bertahan saat negara Yahudi mencaplok wilayah mereka pada 1948.

"Saya tidak naif. Negara ini terdiri dari dua bangsa, yang mimpi dan aspirasinya bertentangan satu sama lain," kata Rivlin. "Banyak warga Israel keturunan Arab--yang juga merupakan bagian dari bangsa Palestina--turut menderita atas apa yang dialami oleh saudaranya di seberang (Tepi Barat dan Gaza). Banyak dari mereka mengalami perlakuan rasis dan arogan dari Yahudi," ujar dia.

"Warga Arab dan pemimpinnya harus bersikap tegas terhadap kekerasan dan terorisme," kata Rivlin. Dalam kurikulum pendidikan Israel, pembunuhan massal Kafr Qassem diajarkan sebagai contoh perintah militer yang harus ditolak oleh tentara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP/ANTARA
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com