Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raih Nobel, Malala Dielukan sebagai "Kebanggaan Pakistan"

Kompas.com - 10/10/2014, 20:20 WIB
ISLAMABAD, KOMPAS.COM — Malala Yousafzai dielu-elukan sebagai "kebanggaan Pakistan" oleh Perdana Menteri Nawaz Sharif pada Jumat (10/10/2014) karena memenangi hadiah Nobel Perdamaian. Sementara itu, seorang mantan teman sekelasnya mengatakan, penghargaan tersebut merupakan kemenangan bagi setiap gadis di negara itu.

Para pemimpin politik dan aktivis bersatu memuji Malala, orang termuda yang meraih Nobel. Mereka menyatakan dukungan terhadap siswi yang telah pindah ke Inggris itu setelah ditembak di kepalanya oleh militan Taliban dua tahun lalu.

"Dia (merupakan) kebanggaan Pakistan. Ia telah membuat orang senegaranya bangga. Prestasinya tak tertandingi dan tiada bandingnya. Para pemudi dan pemuda di dunia harus belajar dari perjuangan dan komitmennya," kata kantor Sharif dalam pernyataan yang dikirim kepada kantor berita AFP.

Gadis 17 tahun itu merupakan orang kedua dari Pakistan yang meraih Nobel setelah Abdus Salam, yang memenangi Nobel Fisika tahun 1979, tetapi secara luas dijauhi karena merupakan anggota kelompok minoritas Ahmadiyah yang dianiaya di negara itu.

Malala berasal dari Lembah Swat, wilayah barat laut Pakistan yang dikuasai militan Taliban tahun 2007-2009 yang secara keras menentang pendidikan anak perempuan. Taliban ketika itu meratakan ratusan sekolah.

Ayesha Khalid, yang dulu berada di sekolah sama dengan Malala, mengatakan, "Bukan Malala saja memenangi penghargaan ini, gadis-gadis Pakistan telah memenanginya... (dia) adalah terang mata kami dan suara hati kami. Dia telah membuktikan bahwa Anda tidak dapat menghentikan pendidikan dengan meledakkan sekolah."

Shama Akbar, siswi 15 tahun dari Mingora, kota utama di wilayah itu, menambahkan, "Hadiah itu membuktikan bahwa Pakistan bukan negara teroris, tetapi negara yang melawan teroris. Itu juga membuktikan bahwa Pakistan mencintai pendidikan."

Para aktivis hak asasi manusia mengatakan, mereka akan mengadakan acara di luar klub pers di Peshawar, kota utama di barat laut Khyber Pakhtunkhwa, pada Jumat malam ini untuk menandai kemenangan Malala.

Pemain kriket yang berubah haluan jadi politisi, Imran Khan, yang partainya menjadi partai penguasa di provinsi itu, berkicau di Twitter, "Ingin mengucapkan selamat kepada Malala atas hadiah Nobel Perdamaian. Bangga sebagai warga Pakistan atas hadiah Nobel untuknya, terutama untuk pendidikan yang harus menjadi prioritas nasional kita."

Malala, yang memenangi hadiah itu bersama aktivis India, Kailash Satyarthi, dianugerahi hadiah perdamaian bergengsi Uni Eropa, Sakharov, tahun lalu. Hadiah tersebut membuat marah Taliban yang mengeluarkan ancaman baru untuk membunuhnya. "Dia mendapatkan penghargaan karena dia bekerja melawan Islam," kata juru bicara Taliban, Shahidullah Shahid, kepada AFP saat itu.

Taliban tidak sendirian dalam penentangan mereka terhadap Malala. Banyak pengecam dari kaum konservatif dan kelas menengah ultra-nasionalis Pakistan menuduhnya telah menjadi boneka Barat yang merusak reputasi Pakistan di luar negeri.

Seorang pria di sebuah toko buku di Islamabad yang mengidentifikasi dirinya sebagai Fahad mengatakan, "Malala menjadi terkenal karena dia bekerja melawan Islam dan tradisi Pakistan. Itu sebabnya Malala tidak layak untuk hadiah seperti itu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com