Laporan intelijen terkait pencurian pesawat-pesawat jet komersial itu didistribusikan ke kalangan pejabat AS selama dua pekan terakhir. Laporan itu memuat peringatan terkait kemungkinan digunakannya pesawat-pesawat itu untuk melakukan aksi teror seperti tragedi 11 September 2001.
"Ada sejumlah pesawat komersial yang hilang di Libya. Kami menduga pesawat-pesawat itu akan digunakan untuk mengulangi tragedi 11 September," ujar seorang pejabat intelijen.
Sejumlah pejabat AS mengatakan, badan-badan intelijen negeri itu belum memastikan kabar soal pencurian pesawat-pesawat itu menyusul didudukinya bandara internasional Tripoli oleh kelompok militan Fajar Libya pada akhir Agustus lalu. Kini pihaknya tengah mencoba mencari semua pesawat yang adalah milik dua maskapai penerbangan resmi Libya.
Hingga musim panas ini, Libya Airlines memiliki 14 pesawat penumpang dan kargo, termasuk tujuh Airbus A320, satu Airbus A330, dua pesawat turboprop ATR-42 buatan Perancis, dan empat Bombardier CJR-900.
Sementara maskapai Pemerintah Libya lainnya, Afriqiyah Airways, memiliki 13 buah pesawat terbang, termasuk tiga Airbus 319, tujuh Airbus A320, dua Airbus A330, dan satu Airbus A340.
Seorang pakar militer asal Maroko, Abderrahman Mekkaoui, kepada stasiun televisi Al Jazeera mengatakan, pesawat-pesawat yang hilang kini di bawah kendali sebuah organisasi bernama Brigade Pria Bertopeng, yang diduga memiliki kaitan dengan kelompok Ansar al Sharia yang terafiliasi Al Qaeda.
Mekkaoui menambahkan, kelompok ini mengancam akan menggunakan pesawat-pesawat itu untuk meneror negara-negara Maghribi pada peringatan tragedi 11 September 2001.
Sedangkan pakar kontraterorisme Sebastian Gorka menduga pesawat-pesawat itu akan digunakan sebagai "sebuah peluru kendali dengan presisi tinggi" seperti yang dilakukan pada 11 September di New York.
"Atau pesawat itu digunakan untuk mengangkut teroris bersenjata dalam jumlah besar ke lokasi yang terbuka untuk pesawat-pesawat komersial," ujar Gorka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.