Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Kurdi Ambil Alih Bendungan Mosul dari ISIS

Kompas.com - 19/08/2014, 12:59 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.COM - Serangan udara AS telah membantu pasukan Kurdi dan Irak mengambil alih Bendungan Mosul, Senin (18/8/2014). Serangan mereka berhasil memukul mundur militan ISIS yang telah merebut bendungan itu, kata Presiden AS Barack Obama kepada wartawan.

Saat berada dalam kendali ISIS, taruhannya sangat besar bagi jutaan rakyat Irak yang tinggal di hilir bendungan itu, yang merupakan bendungan terbesar di negara tersebut.  "Jika bendungan dijebol, hal itu bisa menimbulkan bencana, banjir akan mengancam kehidupan ribuan warga sipil dan mengancam kompleks kedutaan kami di Baghdad," kata Obama.

Bendungan tersebut telah menjadi pusat pertempuran yang intens di Irak utara antara kaum ekstremis Islam dan pasukan Kurdi yang telah berjuang untuk merebutnya kembali sejak Sabtu dengan dukungan serangan udara AS. "Militer AS menggunakan sejumlah jet tempur, pesawat pengebom, dan pesawat tak berawak untuk melakukan 35 serangan," kata juru bicara Pentagon Laksama Muda John Kirby. "Kami menghancurkan lebih dari 90 target, termasuk sejumlah kendaraan, peralatan dan posisi pertempuran," katanya.

Sekarang bendungan itu dibersihkan dari militan ISIS. Menurut Pentagon, pasukan Irak sedang bergerak untuk memperluas wilayah kendali mereka. "Operasi ini menunjukkan bahwa pasukan Irak dan Kurdi mampu bekerja sama dan berperang melawan ISIS," kata Obama. "Jika mereka terus melakukan hal itu, mereka akan mendapat dukungan kuat dari Amerika Serikat."

Bendungan tersebut dibangun awal tahun 1980-an pada era diktator Saddam Hussein. Letaknya di Sungai Tigris, sekitar 50 kilometer di utara kota Mosul. Bendungan tersebut berfungsi sebagai sumber utama energi listrik, irigasi dan penangkal banjir.

Ketika militan ISIS merebut bendungan itu bulan ini, banyak orang yang khawatir bahwa bendungan tersebut dapat digunakan sebagai senjata. ISIS punya track record menyerang musuh-musuhnya dengan menggunakan air. Tahun ini, militan ISIS membuka gerbang Bendungan Falluja di Irak tengah setelah merebutnya dalam sebuah upaya untuk menghentikan gerak maju militer Irak. Air bendungan itu membanjiri sejumlah desa.

"ISIS telah menggunakan sebuah bendungan lain yang lebih kecil untuk mendapatkan kontrol atas wilayah, untuk menekan warga Sunni mendukung mereka dan untuk menghukum kaum Syiah," kata Daniel Pipes, presiden Middle East Forum, kepada CNN bulan ini.

Menurut Engineering News-Record, sebuah situs web industri konstruksi, Bendungan Mosul sepanjang 3,2 kilometer menampung air sebanyak 12,5 juta meter kubik. Jika bangunannya dihancurkan, bendungan itu akan melepaskan air berketinggian puluhan meter yang akan berlomba menuruni Sungai Tigris menuju Mosul dan 1,7 juta jiwa penduduknya. Hal itu juga akan menimbulkan banjir di kota-kota besar jauh di hilir, termasuk Baghdad.

Walau militan ISIS tidak mencoba untuk menghancurkan bendungan itu, kekhawatiran tetap ada. Sebuah laporan Army Corps of Engineers AS tahun 2006 mengatakan bahwa apa yang membuat bendungan itu sangat berbahaya adalah risiko erosi internal pada fondasinya. Bangunan tersebut dibangun di atas lapisan tanah yang mudah terkikis.

Army Corps mengatakan, bendungan itu "dibangun di atas pondasi yang sangat rapuh". Rembesan air telah mengikis strukturnya sejak bendungannya penuh, kata laporan pemerintah AS tahun 2007, dan sejumlah rongga akibat erosi telah muncul di dekat strukturnya, yang menunjukkan adanya masalah di bawah permukaan.

Selama pendudukan militer Amerika di Irak, pemerintah AS menghabiskan puluhan juta dolar untuk melakukan perbaikan jangka pendek terhadap bendungan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com