AS telah memerangi pemberontak ISIS di Irak, tepat di seberang perbatasan Suriah, dengan serangkaian serangan udara yang dimulai pada 8 Agustus. Selama tiga hari terakhir, pesawat militer AS melakukan 35 serangan, yang menghancurkan lebih dari 90 sasaran milik ISIS.
Meski mengakui bahwa Suriah dan Amerika Serikat punya musuh bersama, Wakil Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf, mengatakan kedua pihak tetap tidak sejalan. "Saya sangat tidak setuju dengan gagasan bahwa kami berada dalam alur pikir yang sama di sini dalam hal apa yang kami lakukan," kata Harf.
Dia juga menekankan, "Di Irak, kami punya sebuah pemerintahan yang telah meminta bantuan kami dan meminta dukungan kami dan menyambut kami. Itu jelas tidak terjadi di Suriah."
Hari Senin, sejumlah pesawat tempur Suriah mengebom posisi ISIS di Provinsi Raqa di utara negara itu. Serangan itu merupakan serangan hari kedua dan pesawat tempur telah menyasar sejumlah posisi ISIS di Provinsi Aleppo.
"Adalah baik ketika milisi ISIS terusir dari medan perang," kata Harf. Namun "saya tidak akan mengatakan bahwa kami punya kesamaan lain dengan rezim Suriah," tambahnya.
Harf mengatakan, dalam jangka panjang, AS bertujuan "menyingkirkan kepemimpinan ISIS, menurunkan kemampuan operasional mereka, memotong sumber pembiayaannya, mengejar mereka secara komprehensif, memotong kemampuan mereka untuk melakukan hal-hal yang telah kita lihat mereka sudah lakukan."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.