Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Remaja Palestina Picu Kekerasan Berkobar

Kompas.com - 03/07/2014, 11:14 WIB
JERUSALEM, KOMPAS.COM - Kekerasan berkobar di Jerusalem ketika sejumlah pemuda Palestina yang marah bentrok dengan polisi Israel menyusul penculikan dan pembunuhan seorang remaja Palestina. Penculikan dan pembunuhan itu tampaknya merupakan serangan balas dendam atas tewasnya tiga remaja Israel sebelumnya. Aksi kekerasan yang berkobar itu mendorong dunia internasional menyerukan agar kedua belah pihak tenang.

Ratusan warga Palestina yang bertopeng, Rabu (2/7/2014), melemparkan batu ke arah polisi antihuru-hara Israel. Polisi lalu menanggapi dengan menembakkan peluru karet, gas air mata, dan bom suara. Bentrokan berlanjut hingga malam.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam pembunuhan 'tercela' terhadap seorang anak Palestina berusia 16 tahun itu, yang kematiannya terjadi setelah tiga remaja Israel tewas di Tepi Barat. Netanyahu mendesak kedua pihak "tidak main hakim sendiri".

Keluarga salah seorang remaja Israel yang dibunuh, yang masih berkabung, bahwa mengatakan setiap pembunuhan balas dendam merupakan "tindakan mengerikan".

Bentrokan di Shuafat, wilayah tempat tinggal remaja yang dibunuh itu, telah menyebabkan sedikitnya 65 orang terluka, tiga terkena peluru tajam, dan sekitar 35 orang terluka karena peluru karet, termasuk enam orang jurnalis, kata pihak Bulan Sabit Merah.

Rakyat Palestina menuntut Israel bertanggung jawab, meminta pemerintah Netanyahu mencegah serangan balas dendam. "Saya menuntut pemerintah Israel menghukum para pembunuh jika ingin ada perdamaian antara bangsa Palestina dan Israel," kata Presiden Palestina Mahmud Abbas.

Sejumlah saksi mata mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa remaja Palestina itu, Mohammed Abu Khder, terlihat dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil oleh tiga warga Israel di Jerusalem timur yang diduduki.

Polisi Israel telah mengonfirmasi bahwa sesosok jenazah telah ditemukan di sebuah hutan di Givat Shaul di Yerusalem barat. Namun, mereka menolak untuk menghubungkan dua kejadian itu.

Namun, tes DNA membuktikan, jenazah tersebut merupakan remaja yang hilang itu, kata ayahnya. "Jenazah itu milik putra saya," kata Hussein Abu Khder kepada AFP. Ia menambahkan, penyebab kematiannya belum jelas.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry memperingatkan bahwa tindakan balas dendam akan memperburuk situasi yang eksplosif. "Pada saat yang menegangkan dan berbahaya ini, semua pihak harus melakukan segala daya mereka untuk melindungi mereka yang tidak bersalah dan bertindak dengan kewajaran dan menahan diri, tidak saling tuduh dan menyudutkan," kata Kerry.

Sekjen PBB Ban Ki-moon menuntut keadilan atas "perbuatan tercela" itu, dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) meminta kekerasan dihentikan. "Pada saat kritis ini, ICRC menyerukan kepada semua pihak untuk berdiri melawan penculikan dan pembunuhan warga sipil," kata Presiden Palang Merah Peter Maurer. "Kekerasan, kematian, dan penderitaan yang berkobar harus berhenti sekarang."

Ketegangan meningkat di seluruh wilayah itu sejak 12 Juni lalu saat tiga remaja laki-laki Israel hilang ketika mencari tumpangan di Tepi Barat. Jenazah mereka kemudian ditemukan Senin lalu. Israel menyalahkan Hamas atas kejadian itu dan bersumpah untuk melakukan serangan balasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com