Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Roma ke Bethlehem

Kompas.com - 26/05/2014, 14:55 WIB
Oleh: Trias Kuncahyono

KETIKA kemarin, Minggu, 25 Mei 2014, Paus Fransiskus mengunjungi Bethlehem, ada pesan khusus yang muncul dari kota di Tepi Barat yang kini masuk wilayah Palestina, itu.

Meski Paus kelahiran Argentina itu menegaskan bahwa kunjungannya ke Tanah Suci adalah untuk berziarah dan semata-mata urusan agama, kunjungannya ke Bethlehem lebih dahulu—bertemu pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, setelah dari Amman, Jordania—dan tidak lebih dulu ke Tel Aviv, Israel, telah menegaskan sikap Vatikan terhadap konflik Israel-Palestina yang sudah melampaui abad itu. Kunjungan itu juga menegaskan sikap Vatikan terhadap status Palestina, yang hingga kini belum diakui oleh Israel sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh.

Setelah dari Bethlehem, barulah Fransiskus ke Tel Aviv lalu ke Jerusalem. Yang menarik, dari Bethlehem ke Tel Aviv, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia itu tidak melalui jalan darat, tetapi naik helikopter. Padahal, Bethlehem dan Tel Aviv, yang hanya berjarak 59 kilometer, dihubungkan jalan bebas hambatan yang begitu mulus. Akan tetapi, Paus memilih menggunakan helikopter, terbang dari Bethlehem ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, untuk mengawali kunjungan resmi ke Israel.

Cara itu diambil karena ia tidak mau melintasi perbatasan antara Israel dan Palestina yang belum diakui secara internasional. Inilah sikap kehati-hatian yang sekaligus memberikan pesan jelas bahwa Vatikan juga belum mengakui perbatasan antara Israel dan Palestina yang ditentukan secara sepihak oleh Israel, bahkan ditegaskan dengan membangun tembok.

Jelaslah kiranya, tidak mungkin kunjungan Paus Fransiskus ini ”hanyalah” kunjungan keagamaan dan bersih dari dimensi politik. Karena konsep politik menurut Vatikan adalah memperjuangkan terwujudnya kesejahteraan bersama.

Dalam konteks kali ini, tentu kesejahteraan antara Israel dan Palestina. Kesejahteraan baru bisa terwujud kalau tercipta perdamaian antara Israel dan Palestina. Mewujudkan perdamaian di Tanah Palestina hingga kini tetap merupakan persoalan besar yang belum bisa dipecahkan. Bahkan perundingan proses perdamaian saat ini kandas lagi.

Paus Fransiskus bukanlah Paus pertama yang mengunjungi Tanah Palestina sejak konflik antara Israel dan Palestina pecah. Pada tahun 1964, Paus Paulus VI selama 12 jam mengunjungi Tanah Palestina, antara lain ke Nazareth. Ketika itu belum ada hubungan diplomatik antara Vatikan dan Israel sehingga Paus Paulus VI sama sekali tidak mengucapkan kata ”Israel”.

Pada tahun 2000, Paus Johannes Paulus II mengunjungi Tanah Palestina. Ia lebih ”maju” dibandingkan dengan pendahulunya. Paus Johannes Paulus II mengunjungi tempat suci tiga agama Abrahamik. Ia juga bertemu dengan para pemimpin politik dan agama, baik Israel maupun Palestina. Bahkan di Bethlehem, ia bertemu dengan Yasser Arafat. Paus Benediktus XVI pun pernah mengunjungi Tanah Suci.

Dibandingkan dengan kunjungan tiga Paus sebelumnya, kunjungan Paus Fransiskus sekarang ini sangatlah berbeda. Sikap Paus Fransiskus sangat tegas—dengan terbang dari Amman ke Bethlehem tidak ke Tel Aviv—menunjukkan dukungan yang kuat terhadap kedaulatan negara Palestina. Dalam dunia diplomatik, gerak-gerik, sikap, langkah, dan tindakan lebih penting ketimbang kata-kata. Inilah kiranya misi Paus Fransiskus yang dibawa dari Vatikan ke Tanah Palestina. Bethlehem, dari dulu hingga kini, tetap menjadi simbol lahirnya babak baru.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com