Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Xinjiang: Militan Larang Warga Tertawa dan Menangis

Kompas.com - 07/04/2014, 19:23 WIB
BEIJING, KOMPAS.com - Gubernur Xinjiang, Nur Bekri, Senin (7/4/2014), mengklaim kelompok militan Islam Xinjiang dikabarkan sudah memaksa melarang sebagian warga provinsi itu tertawa di pesta pernikahan dan menangis di pemakaman.

Seperti dikutip harian Xinjiang Daily, Gubernur Nur Bekri mengatakan, perilaku kelompok militan ini memanfaatkan kepercayaan warga terutama "orang-orang muda yang belum pernah melihat dunia".

Xinjiang yang didiami etnis Uighur, secara tradisional menjalankan Islam secara moderat, namun banyak warga Uighur kini mulai mempraktikkan Islam seperti di Arab Saudi dan Pakistan, misalnya perempuan diharusnya mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh dan wajah.

Nur Bekri, yang juga etnis Uighur, menuding kelompok militan di Xinjiang berupaya melupakan tradisi dan budaya Uighur dan ingin menerapkan sebuah komunitas teokratis yang ketat.

"Mereka sudah memaksa warga untuk tidak menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, menyanyi dan menari. Mereka bahkan melarang orang menangis di pemakaman dan tertawa di pesta pernikahan," ujar Nur Bekri.

Kelompok militan, lanjut Bekri, juga mengharuskan pria memelihara janggut dan perempuan mengenakan burka.

"Mereka juga menuntut tak hanya makanan namun juga kosmetik, obat-obatan dan pakaian halal. Mereka bahkan memaksakan ide bahwa rumah yang disubsidi pemerintah adalah haram dan harus dihindari," tambah Bekri.

Xinjiang adalah provinsi paling barat China dan berbatasan dengan Asia Tengah. Sebagian besar warga Xinjiang  secara tradisional memeluk Islam. Meski kawasan ini kaya sumber daya alam namun selama beberapa tahun terakhir ini dicengkeram aksi kekerasan.

Pemerintah China menuding kelompok militan Islam dan separatis menjadi biang kerusuhan. Namun, sejumlah tokoh Uighur di pengasingan mengatakan masalah utama di Xinjiang adalah pemerintah China memerintah kawasan itu dengan tangan besi.

Berbagai kebijakan Beijing dianggap tidak mengindahkan kepentingan warga asli Xinjiang seperti melarang agama Islam dan melarang perkembangan budaya serta bahasa asli Uighur.

Ketakutan China terhadap eksremisme Islam muncul sejak insiden penabrakan sejumlah wisatawan di Lapangan Tiananmen tahun lalu dan penusukan 29 orang di kota Kunming bulan lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com