Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Marah atas Penghargaan HAM untuk Tahanan Akademisi Uighur

Kompas.com - 02/04/2014, 00:23 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber Reuters

BEIJING, KOMPAS.com — Kementerian Luar Negeri China, Selasa (1/4/2014), mengungkapkan kemarahan negara itu atas penghargaan hak asasi manusia dari Amerika Serikat untuk salah satu akademisi Uighur yang kini berada di penjara China.

Ilham Tohti adalah profesor ekonomi yang memperjuangkan hak-hak orang-orang Uighur Muslim di wilayah barat jauh China yang bergolak, Xinjiang. Dia ditahan pada Januari 2014 dengan tuduhan separatisme.

Kasus Tohti adalah pertanda terbaru dari sikap Pemerintah China tentang perbedaan pendapat di Xinjiang. Sebelumnya, kawasan ini selalu dihadapkan pada adu domba antara etnis Uighur dan mayoritas etnis Han.

The PEN American Center, Senin (31/3/2014), mengatakan, Tohti mendapatkan penghargaan  PEN/Barbara Goldsmith Kebebasan 2014 atas tulisannya. Putri Tohti, mahasiswi di Indiana University, akan mewakili ayahnya menerima penghargaan tersebut di New York. Penyerahan penghargaan akan berlangsung pada 5 Mei 2014.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei menegaskan, Tohti adalah tersangka kejahatan. "Orang yang relevan dicurigai melakukan kejahatan. Organ keamanan publik China menangani itu sesuai dengan hukum," kata Hong, Selasa.

"Tidak ada organisasi atau orang yang boleh mengganggu kedaulatan yudisial dan kemerdekaan China," lanjut Hong. Kasus Tohti telah menarik perhatian tingkat tinggi di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Istri Tohti menyebut tuduhan terhadap Tohti konyol.

"Tohti merupakan generasi baru penulis yang terancam punah, yang menggunakan web dan media sosial untuk melawan penindasan dan disiarkan ke pihak terkait di seluruh dunia," kata Presiden PEN American Center Peter Godwin dalam sebuah pernyataan melalui e-mail.

"Kami berharap penghargaan ini akan membantu membangunkan otoritas China dari ketidakadilan yang dilakukan, dan bahwa ada kampanye di seluruh dunia yang menuntut kebebasan Tohti," imbuh Godwin.

Kerusuhan di Xinjiang telah menewaskan lebih dari 100 orang pada tahun lalu, mendorong pemerintah menguatkan sikap terhadap komunitas ini. Banyak warga Uighur membenci pembatasan budaya dan agama mereka, meskipun Beijing mengatakan memberikan kebebasan yang luas.

Bulan lalu, pemerintah menyalahkan militan Xinjiang untuk serangan pisau di barat daya kota Kunming. Serangan itu menewaskan 33 orang, termasuk 4 penyerang yang ditembak mati polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com