"Ada sekitar 200 orang, sebagian mengenakan topeng hitam. Mereka tak bersenjata dan tidak ada tembakan dari pihak kami," kata Bogdanov.
Para perwira, lanjut Bogdanov, membarikade diri mereka di dalam gedung dan hingga kini negosiasi masih berlangsung.
"Meski kami memiliki wewenang menggunakan senjata untuk membela diri, kami tak akan pernah menggunakannya," tambah Bogdanov.
Menurut laporan kantor berita ITAR-TASS, sejumlah aktivis pro-Moskwa bahkan sudah mengibarkan bendera Rusia di pangkalan AL Ukraina itu.
Sementara itu, situs stasiun televisi Russia Today melaporkan, penyerbuan massa itu diawali aksi unjuk rasa di luar pangkalan AL Ukraina tersebut, menuntut agar personel militer Ukraina meninggalkan Crimea.
Mereka membongkar pagar pangkalan lalu menyerbu masuk, menurunkan bendera Ukraina di sebuah tiang, dan menggantinya dengan bendera Rusia.
Sebelumnya sempat beredar kabar bahwa seorang prajurit Ukraina tewas dan seorang lainnya terluka, Selasa (18/3/2014), saat sebuah pangkalan militer Ukraina di Crimea diserbu sekelompok orang bersenjata. Demikian seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Regional Vladislav Seleznyov mengatakan, insiden itu terjadi di ibu kota Crimea, Simferopol. Namun, dia tidak menjelaskan apakah basis militer Ukraina itu diserbu pasukan Rusia atau milisi bersenjata pro-Rusia.
Setelah Crimea menyatakan bergabung dengan Rusia, kini ribuan pasukan Ukraina dalam posisi tak menentu. Di satu sisi, Pemerintah Kiev tak memerintahkan mereka mundur. Di sisi lain, Pemerintah Crimea menyodorkan pilihan bergabung dengan Crimea atau keluar dari semenanjung itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.