Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganti Kelamin, Warga Saudi Terganjal Birokrasi

Kompas.com - 10/03/2014, 18:52 WIB
RIYADH, KOMPAS.com — Sejak menjalani operasi ganti kelamin pada 2010, kehidupan menjadi sulit bagi seorang pria Arab Saudi. Orang yang tak mau disebutkan identitasnya itu meminta agar Pemerintah Arab Saudi mengakuinya sebagai seorang pria.

Awalnya, dia terlahir sebagai seorang perempuan, dan menjalani hidupnya dengan normal hingga ke tahun kedua di universitas.

"Saat itu saya menyadari banyak perubahan terjadi pada tubuh saya. Tubuh saya tumbuh seperti pria, dan suara saya menjadi berat. Tak ada indikasi seorang perempuan dalam diri saya," kata dia.

Kesulitan itu dihadapi dan dijalaninya hingga lulus dari universitas. Selanjutnya dia memutuskan untuk menjalani tes kesehatan menyeluruh. Keluarganya bahkan membawa dia ke luar negeri untuk menjalani sejumlah pemeriksaan. Hasilnya sama, dia memiliki kromosom pria di dalam tubuhnya.

"Kabar itu sangat mengejutkan. Perasaan saya sungguh-sungguh hancur," kata dia.

Akhirnya dia memutuskan untuk menjalani operasi penggantian kelamin. Meski proses dan penyembuhannya sangat menyakitkan, dia kemudian bisa memulai kehidupan baru.

Namun, saat dia mengira dengan operasi ganti kelamin itu hidupnya akan menjadi normal, ternyata yang dihadapinya justru setumpuk masalah baru. Hal pertama yang dilakukannya saat kembali ke Arab Saudi adalah menjalani pemeriksaan medis untuk memastikan bahwa dia bukan lagi seorang perempuan.

Selanjutnya, dia pergi ke Departemen Catatan Sipil di Madinah. Pejabat di departemen itu kemudian memintanya pergi ke Dinas Kesehatan Madinah, yang kemudian merujuknya ke rumah sakit khusus Al-Noor, Mekkah.

Di rumah sakit, dia diminta menyerahkan semua dokumennya dan menunggu rumah sakit membentuk tim dokter yang akan memeriksa perubahan kelaminnya. "Sejak saat itu saya masih menunggu tim itu terbentuk," kata pria itu.

Pada 2012, dia kembali mengunjungi Departemen Catatan Sipil Madinah dan kali ini dia dirujuk ke RS King Faisal di Mekkah, lalu RS King Abdulaziz. Di sana, dia baru diberi tahu bahwa dokumen yang dulu dia serahkan terselip entah di mana. Oleh karenanya, dia harus menyerahkan dokumennya lagi.

"Saya sangat putus asa karena tak ada yang peduli dengan saya, dan yang paling menyakitkan adalah prosesnya berjalan sangat lambat," ujar dia.

Dia memohon agar pihak berwenang segera memproses dokumen-dokumennya dan membentuk komite kesehatan sehingga dia bisa menjalani kehidupan normal.

"Saya sangat membutuhkan program rehabilitasi psikologi, yang bisa membantu saya menjalani kehidupan baru," tambah dia.

Juru bicara Dinas Kesehatan Mekkah, Bassam Maghrabi, mengakui bahwa pihaknya telah menerima surat pria tersebut pada 13 Februari 2013. "Kini kami membantuk sebuah komite yang khusus membahas masalah ini," ujar Maghrabi.

Dia menambahkan, pria itu tidak pergi ke rumah sakit yang menjadi rujukan. Maghrabi menambahkan, kasus ini terus dalam pengawasan dinas kesehatan di Mekkah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com