Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Minoritas Tatar Menanti Referendum Crimea dengan Cemas

Kompas.com - 09/03/2014, 02:09 WIB
KIEV, KOMPAS.com - Sebagai bangsa yang pernah merasakan derita kebijakan deportasi massal Stalin pada 1944, etnis minoritas Tatar menunggu dengan cemas referendum Crimea.

Referendum yang dijadwalkan pada 16 Maret itu akan menjadi penentu apakah Semenanjung Crimea akan bergabung dengan Rusia atau tetap menjadi bagian Ukraina.

Di Masjid Raya kota Bakhchysaray, di ujung selatan Crimea, tokoh lokal Tatar, Akhtem Chiygoz menilai referendum 16 Maret itu adalah sebuah langkah "ilegal". Di masjid berusia 500 tahun itu, Chiygoz menyerukan kepada umat Muslim Tatar agar tetap tenang dan tidak termakan provokasi.

Selama sepekan terakhir, pasukan pro-Rusia secara perlahan mulai mengendalikan kawasan semenanjung berpenduduk dua juta jiwa itu. Saat langkah itu mendapat sokongan warga mayoritas etnis Rusia, maka warga minoritas Tatar tidak menanggapi kondisi saat ini dengan suka cita.

"Tidak ada retorika ekstremis dalam masyarakat kami. Satu-satunya ancaman adalah Rusia, tidak akan ada kebebasan berbicara," kata Dilaver (33), seorang warga etnis Tatar.

Warga lainnya, Eskandar, juga tidak merasa nyaman dengan situasi di daerah itu. Dengan lantang, pria tua itu menyatakan tidak akan ikut dalam referendum. "Kami tak akan ikut dalam referendum yang digelar para separatis Rusia," kata dia.

Eskandar bahkan menyatakan, bergabung dengan Rusia akan lebih buruk dibandingkan perang sekalipun. Dia menambahkan, meski cemas warga Tatar Crimea tidak panik dan meninggalkan kampung halamannya.

"Kabar yang mengatakan orang Tatar panik dan meninggalkan Crimea hanya isapan jempol," tambah Eskandar.

Beberapa ratus warga Tatar Crimea memang sudah mulai meninggalkan wilayah itu. Mereka kini mencari tempat aman di wilayah barat Ukraina, seperti di kota Lviv dekat perbatasan Polandia.

Namun, jumlah itu memang sangat kecil dibandingkan populasi Tatar Crimea yang berkisar antara 240.000-300.000 jiwa atau sekitar 15 persen dari seluruh penduduk Crimea.

Etnis Tatar memang memiliki sejarah hubungan buruk yang panjang dengan Rusia. Bakhchysaray adalah bekas ibu kota Kesultanan Crimea, sebuah kerajaan kuat Tatar antara abad ke-15 hingga abad ke-18.

Namun, saat Moskwa mengalahkan kerajaan Crimea yang bersekutu dengan Kekaisaran Ottoman Turki pada akhir 1700-an, maka sejak itulah Crimea menjadi wilayah Rusia. Selama lebih dari 200 tahun Crimea menjadi wilayah Rusia hingga para pemimpin Uni Soviet "menghadiahkan" Crimea untuk Ukraina pada 1954.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com