Mereka juga mendesak pengadilan untuk mengizinkan Musharraf, yang bulan lalu menjadi mantan panglima militer Pakistan yang disidangkan, pergi ke luar negeri untuk berobat.
Salah satu kuasa hukum Musharraf, Ahmad Raza Kasuri, mengatakan, tim pengacara meminta sidang dipindah ke lokasi baru karena khawatir dengan keselamatan mereka.
Apalagi, pada Senin (3/3/2014) terjadi serangan bom di sebuah pengadilan di Islamabad yang menewaskan 11 orang.
"Kami tak bisa melanjutkan sidang dengan kondisi seperti ini," kata Raza Kasuri, sebelum membacakan surat ancaman yang diterima tim kuasa hukum Musharraf.
"Dengan hormat, kami meminta Anda bertiga berhenti membela Musharraf. Jika tidak, kami akan membunuh anak-anak kalian dan memenggal kalian semua," demikian isi surat ancaman itu.
Penulis surat yang menuding Musharraf adalah seorang Kristen atau Yahudi itu kemudian menutup suratnya dengan kecaman bahwa selama Musharraf berkuasa sudah mendapatkan uang miliaran dollar dan menjadi sangat kaya.
"Mengapa dia harus kembali ke Pakistan? Dia harus digantung. Dia adalah pengkhianat, orang munafik, dan Anda harus berhenti membela dia atau bersiap untuk berperang," masih isi surat itu.
Surat ancaman itu ditandatangani oleh rakyat Waziristan utara dan selatan. Namun, keaslian surat dan tanda tangan itu tidak bisa diverifikasi.
Musharraf yang berkuasa di Pakistan pada 1999-2008 menjadi musuh utama kelompok militan Islam karena bergabung dengan perang melawan terorisme yang dikobarkan AS. Selama masa kekuasaannya, Musharraf lolos dari dua kali upaya pembunuhan yang didalangi kelompok-kelompok militan Islam ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.