Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Anggap Kriket Menyesatkan dan Mengganggu Jihad

Kompas.com - 24/02/2014, 23:13 WIB

MIRANSHAH, KOMPAS.com — Kelompok Taliban Pakistan menolak tawaran rekonsiliasi yang diajukan seorang menteri Pakistan melalui pertandingan kriket.

Pihak Taliban menolak tawaran meletakkan senjata dan memegang bat (pemukul) kriket dengan alasan olahraga telah membuat kaum muda melupakan panggilan jihad.

Tawaran dari Pemerintah Pakistan ini dilontarkan dalam bentuk informal oleh Menteri Dalam Negeri Chaudhry Nisar Ali Khan. Tawaran ini diajukan setelah proses dialog antara kedua belah pihak menemui jalan buntu dan terganjal penculikan 23 tentara Pakistan oleh pihak Taliban.

Khan beranggapan kriket dapat meredakan ketegangan di antara kedua belah pihak. "Saya mendapat informasi bahwa pihak Taliban menyukai kriket. Jadi kalau mereka bisa dengar (pesan ini), kita bisa menjalankan satu pertandingan kriket dan mendapat hasil (dialog) yang lebih baik," kata Khan, Senin (24/2/2014).

Namun, juru bicara Taliban, Sahhidullah Sahid, mengatakan, mereka menolak tawaran tersebut. "Orang-orang sekuler ini ingin memisahkan kaum muda dengan jihad dan nilai-nilai Islam melalui olahraga kriket. Kami dengan tegas menolak kriket dan tidak menyukai."

Namun, tawaran menteri Khan ini pun mendapat kecaman di media sosial. Seorang pengguna akun @kursed menyebut tawaran menteri Khan sangat menjijikkan dan ia seharusnya mengundang keluarga tentara yang kepalanya dipenggal oleh Taliban.

Di Pakistan, kriket merupakan olahraga yang sangat digemari. PM Pakistan Nawaz Sharif merupakan penggemar berat kriket. Begitu pun mantan bintang kriket Pakistan, Imran Khan, yang kini sudah menjadi satu politikus berpengaruh.

Pada 1987, pemimpin Pakistan Jenderal Zia Ul-Haq mengunjungi Jaipur untuk menyaksikan pertandingan kriket. Tindakan ini meredakan ketegangan di antara kedua negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com