Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Bangkok ”Dilumpuhkan”...

Kompas.com - 16/01/2014, 08:43 WIB
PENUTUPAN  sejumlah ruas jalan utama di Bangkok, Thailand, oleh kelompok antipemerintah, Komite Reformasi Demokrasi Rakyat Thailand (PDRC), Senin, membuat Saroach Poogthd (40) bingung.

Dia harus tetap pergi ke kantor pagi itu. Namun, dengan kondisi jalanan telah dikuasai ratusan ribu demonstran, mobil pribadi yang biasa ia kendarai ke kantor tidak akan mungkin menembus blokade massa.

Meskipun Saroach warga asli Bangkok, sudah lama ia tak menggunakan transportasi umum untuk pergi ke kantor. Dia pun bertanya kepada sejumlah orang, transportasi umum apa yang harus ia gunakan.

Akhirnya ”jalan berliku” terpaksa ditempuh. Bermula dari jalan kaki sekitar 15 menit dari rumahnya ke Dermaga Thonburi. Perjalanan dilanjutkan dengan naik kapal menyusuri Sungai Chao Phraya hingga Dermaga Sathorn. Dari kapal, ia berganti naik kereta BTS (Bangkok Mass Transit System).

”Susah payah berganti-ganti angkutan. Soalnya selama ini terbiasa bawa kendaraan sendiri. Lebih nyaman. Tidak perlu berdesak-desakan di kapal, kereta, atau bus,” tutur Saroach.

Tak hanya dia yang merasakan dampak penutupan jalan-jalan utama ke pusat pemerintahan dan perekonomian Bangkok. Luk (34), warga Bangkok yang terbiasa naik bus dari rumah ke kantor, harus merasakan waktu perjalanan dua kali lipat dari biasanya, menjadi sekitar 1,5 jam.

”Harus beberapa kali ganti bus. Bus juga harus berputar mencari jalan yang tidak ditutup pengunjuk rasa. Ditambah lagi harus naik ojek. Ongkos lebih besar keluar,” tambahnya.

Khemsak (44), sopir taksi, merasakan dampak yang lebih berat. ”Sejak pagi sampai sore tidak dapat penumpang. Jalan-jalan ditutup, penumpang tidak mau naik taksi,” keluhnya.

Penutupan dilakukan PDRC di delapan titik jalan dan berdampak pada 16 ruas jalan utama dan delapan ruas jalan lain di sekitarnya. Pada hari normal, jalan-jalan itu bisa dilalui hingga 788.300 kendaraan per hari. Namun, pada Senin dan Selasa (14/1), tak satu pun kendaraan terlihat.

Kondisi transportasi yang sulit ini pun dimanfaatkan para tukang ojek untuk menaikkan tarif hingga dua kali lipat dari biasanya.

Tak berubah

Di tengah hiruk-pikuk politik Bangkok, dan untung-rugi yang dirasakan masyarakat, ada satu yang tak berubah, yakni ingar-bingar di lokasi-lokasi yang menjadi rujukan wisatawan mancanegara di Bangkok.

Salah satunya kawasan Khao San Road dan sekitarnya, kawasan yang populer setelah menjadi lokasi film The Beach (2000) yang dibintangi Leonardo Di Caprio.

Seakan tak peduli apa yang terjadi di sudut lain Bangkok yang dikuasai PDRC, turis dari sejumlah negara masih memadati kafe-kafe di sana. Sementara pedagang kaki lima tak lelah menjajakan barang-barang dagangannya. Hingga larut malam, detak kehidupan di wilayah itu tidak pernah surut.

Teror penembakan yang beberapa kali terjadi, beberapa hari terakhir, tidak mengubah kondisi itu. ”Saya pernah melihat unjuk rasa PDRC, bahkan berjalan di antara mereka, dan saya tetap merasa aman. Jadi, tak ada yang perlu dikhawatirkan di Bangkok,” kata Martin (35), turis asal Perancis. (A Ponco Anggoro dari Bangkok, Thailand)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com