Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Thailand Tolak Seruan Pemilu Ditunda

Kompas.com - 27/12/2013, 08:06 WIB
Pemerintah Thailand menolak seruan untuk menunda pemilu pada bulan Februari di tengah meningkatnya kekerasan. Unjuk rasa yang diwarnai kekerasan menyebabkan seorang polisi tewas dalam bentrokan.

Komisi pemilihan mendesak penundaan pemilihan umum dengan alasan keamanan untuk para calon yang akan melakukan kampanye. Namun para pejabat pemerintah mengatakan parlemen telah dibubarkan sehingga tidak ada alasan legal untuk penundaan.

Para pengunjuk rasa menuntut pemerintah mundur dan diganti dengan "dewan rakyat". Dalam pidato televisi, wakil Perdana Menteri Phongthep Thepkanjana menolak seruan komisi pemilu itu. "Komisi Pemilu mengatakan menyelenggarakan pemilu akan menimbulkan kekekerasan namun pemerintah percaya penundaan akan menyebabkan meningkatnya kekerasan," kata Phongthep.

Gas Air Mata

Kerusuhan yang terjadi Kamis (26/12) merupakan yang paling parah sejak gelombang protes terjadi. Kelompok demonstran - sebagian melemparkan batu dan sebagian lainnya membawa senjata- mencoba menerobos stadion tempat Komisi Pemilu menerima pendaftaran calon legislatif.

Namun polisi membalas dengan melemparkan gas air mata untuk membubarkan massa. Partai Pheu Thai yang dipimpin Yingluck memenangkan pemilu tahun 2011 dan memiliki mayoritas besar di parlemen.

Namun para pengunjunk rasa mengatakan abang Yingluck, mantan PM Thaksin Shinatra, menguasai pemerintah dari pengasingan. Ia digulingkan melalui kudeta militer 2006 dan melarikan diri sebelum dijatuhi hukuman karena korupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com