Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Perancis Mulai Pekerjaan Berat di Afrika Tengah

Kompas.com - 02/12/2013, 11:32 WIB
BANGUI, KOMPAS.com — Lebih dari 200 prajurit Perancis, Senin (2/12/2013), memulai upaya sulit memulihkan kondisi keamanan di Republik Afrika Tengah, di saat pasukan pemberontak mundur dari ibu kota Bangui.

Mundurnya pasukan pemberontak itu terjadi sebelum agenda diplomatik internasional yang diharapkan bisa menjadi kunci bagi masa depan negeri yang tak memiliki perbatasan laut itu.

Pekan ini, Dewan Keamanan PBB akan melakukan pemungutan suara untuk resolusi yang diusulkan Perancis, yaitu terkait pembentukan pasukan perdamaian Afrika yang akan ditugaskan di Republik Afrika Tengah.

Pemungutan suara itu kemudian akan dilanjutkan dengan konferensi mini di Paris, membahas masa depan negeri itu. Konferensi yang akan digelar akhir pekan nanti akan dihadiri 40 pemimpin Afrika, termasuk PM Republik Afrika Tengah Nicolas Tiangaye dan Sekjen PBB Ban Ki-moon.

Sementara itu, dalam beberapa hari ke depan ini, pesawat angkut Antonov 124 akan membawa lebih banyak material yang dibutuhkan kontingen Perancis di Afrika Tengah.

"Jika diperlukan, kami juga akan melindungi warga Perancis di sana," demikian militer Perancis.

Pada Minggu (1/12/2013), 500 prajurit asal Kongo bergabung dengan pasukan MISCA di Afrika Tengah yang kini memiliki sekitar 2.500 perseonel. Namun, sejauh ini MISCA belum dapat beroperasi karena kekurangan dana dan pelatihan.

Pekan lalu, Perancis mengumumkan niatnya mengirim 1.000 prajurit ke negeri bekas jajahannya itu untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan milisi bersenjata dan bekas anggota koalisi pemberontak Seleka yang menggulingkan pemerintahan Afrika Tengah pada Maret lalu.

Niat Perancis itu kemudian disambut baik pemerintahan transisi Afrika Tengah dan membuat para pemberontak eks Seleka melarikan diri dari ibu kota.

Mengejar para parusuh itu mungkin bukan pekerjaan berat bagi Perancis, yang memiliki pasukan yang sudah ditempatkan di Bangui selama lebih dari satu dekade.

Namun, mengalahkan pemberontak yang kabur ke wilayah timur yang berhutan lebat dan nyaris tak tertembus di perbatasan Chad, Sudan, dan Republik Demokratik Kongo, pasti tak semudah membalik telapak tangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com