Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asosiasi Sekolah Swasta Pakistan "Haramkan" Buku Malala

Kompas.com - 11/11/2013, 16:22 WIB
ISLAMABAD, KOMPAS.com — Sebuah organisasi pendidikan di Pakistan melarang buku memoar Malala Yousafzai di ribuan sekolah swasta Pakistan karena Malala dianggap "mewakili Barat".

Presiden Asosiasi Sekolah Swasta Seluruh Pakistan, Adeeb Javedani, mengatakan, organisasinya melarang perpustakaan sekolah swasta Pakistan mengoleksi buku Malala itu.

Adeeb mengatakan, Malala (16) mewakili negara Barat dan bukan Pakistan. Buku yang ditulis dengan bantuan jurnalis Inggris Christina Lamb sebenarnya hanya mengisahkan kehidupan Malala sejak kecil hingga menjadi aktivis saat ini.

"Benar, kami melarang buku Malala, karena isi buku itu berlawanan dengan ideologi negeri ini dan nilai-nilai Islam," kata Kashif Mirza, Ketua Federasi Sekolah Swasta Pakistan.

"Kami tidak membenci Malala, dia adalah putri kami dan dia kini kebingungan soal bukunya itu," kata Mirza.

Ayah Malala, sambung Mirza, sudah meminta penerbit untuk menghapus paragraf yang menyandingkan nama penulis asal Inggris, Salman Rushdie, dan Nabi Muhammad.

Salman Rushdie dikenal dengan novelnya "Ayat-ayat Setan" yang dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad. Bahkan Iran sudah mengeluarkan fatwa hukuman mati untuk Rushdie.

Mirza menambahkan, sekitar 152.000 sekolah swasta yang tergabung dalam federasi yang dipimpinnya sebenarnya mendukung Malala setelah remaja itu ditembak Taliban di lembah Swat.

Namun, pandangannya yang dituangkan dalam buku itu dianggap tak bisa diterima rakyat Pakistan. "Tak ada sekolah yang akan membeli buku I'm Malala untuk perpustakaannya atau untuk kegiatan apa pun," tambah Mirza.

Mirza menambahkan, tak ada tekanan dari kelompok-kelompok militan Pakistan terkait keputusan federasi terkait buku Malala itu. Sebelumnya, Taliban Pakistan mengancam untuk menyerang setiap toko buku yang menjual buku Malala.

Buku yang ditulis Malala dengan bantuan jurnalis Inggris Christina Lamb itu menceritakan kisah hidup Malala, termasuk saat dia ditembak Taliban di dalam bus sekolah pada 9 Oktober 2012.

Buku itu juga menceritakan situasi lembah Swat Pakistan di masa kekuasaan Taliban pada pertengahan 2000-an, ambisinya terjun ke dunia politik, dan menggambarkan keterlibatan ayahnya dengan fundametalisme Islam di masa mudanya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber ,Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com