Paggelaran wayang berlangsung 30 menit. Tampil sebagai dalang adalah Dr Djoko Sulilo, dosen di Otago University.
"Indonesia disambut meriah. Wayang kulit, angklung, tarian, batik dan makanan Indonesia sudah mendunia. Kita bangga, di Christchurch ini perlahan warga Selandia Baru semakin mengenal Indonesia", kata Kepala Perwakilan RI di Wellington, PLE Priatna, dari Christchurch dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (30/6/2013).
Selain mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia, acara itu juga bertujuan untuk menggalang dana bagi pembangunan kembali Christchurch, yang pernah porak poranda akibat gempa besar pada Februari 2011.
"Kotak amal yang kita buka diacara ini akan kita sumbangkan kepada pihak Katedral Christchurch yang tertimpa gempa," kata PLE Priatna. Ia menambahkan, "Promosi Indonesia di Chistchurch ini merupakan pintu mendekatkan warga Cantebury berbisnis dengan Indonesia. Kawasan kaya yang ditopang perguruan tinggi yang ternama dan bandara internasional dengan jalur ke Asia Tenggara."
Sedikitnya 650 warga Selandia Baru memadati ruangan Indonesia Fair yang dibuka hanya 4 jam, dari pukul 12 siang hingga 16 waktu setempat. Tampak diantara mereka yang hadir adalaah mantan Ketua Parlemen Selandia Baru Sir Kerry Burke, Ketua Yayasan Dewan Masyarakat Waimasi Lady Burke, Wakil Rektor Cantebury University Profesor Paul Flemming, sejumlah pejabat dewan kota Christchurch dan masyarakat WNI di Christchurch.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.